Puncak- Pelaksanaan persembahyangan bersama serangkaian puncak Karya IBTK di Pura Agung Besakih, Rabu (5/4). (BP/Ant)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Puncak Karya Ida Bhatara Turun Kabeh (IBTK) di Pura Agung Besakih, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem jatuh pada Purnama Kedasa pada, Rabu (5/4). Puncak karya yang dilaksanakan dengan upacara persembahyangan bersama tersebut dipuput oleh sepuluh sulinggih.

Bendesa Adat Besakih, Jro Mangku Widiartha, mengungkapkan, kalau sebelum puncak karya (Selasa Red) telah dilaksanakan upacara Mapepada. Dan setelah Mapepada dilaksanakan upacara Memben. “Upacara Mapepada dilaksanakan pukul 09.00 Wita dan Memben dilaksanakan malam hari pukul 19.00 Wita. Upacara Mapepada ini adalah untuk menyucikan welalungan sehingga mendapatkan lebih ketika nantinya bereinkarnasi berikutnya,” ujarnya.

Baca juga:  Berdalih Ini, Oknum Perbekel Diduga Korupsi APBDes

Widiartha mengatakan, untuk sarana upacara wewalungan yang dipergunakan saat Mapepada, yakni Penyu, Kambing, angsa, banyak, ayam warna-warni, dan kerbau. “Tercatat ada lima ekor kerbau yang dipersembahkan untuk puncak karya hari ini. Yakni, di padma tiga ada sebanyak tiga kerbau, di sor sanggar tawang ada satu kerbau, dan di peselang ada satu kerbau. Sementara untuk di ambal-ambal satu ekor sapi,” katanya.

Menurut, Jro Mangku Widiartha, untuk upacara puncak karya IBTK ini, pada pagi harinya telah dilaksanakan ngelar bakti upacara upakara. Dan pukul 09.00 Wita serentak Ida sulinggih mamuja. Dan pukul 11.30 Wita secara serentak dilaksanakan persembahyangan bersama serangkaian puncak Karya IBTK di Pura Agung Besakih.

Baca juga:  Ibukota Negara akan Dibangun Futuristik dan Ramah Lingkungan

“Setelah dilakukan upacara persembahyangan bersama, dilaksanakan upacara mapurwa daksina sebanyak tiga kali untuk Ida bhatara malinggih ke bale peselang. Dan selanjutnya katuran pajiwan-jiwan dan kembali dilaksanaka persembahayangan kedua di bale peselang,” jelasnya.

Disinggung berapa sulinggih yang Puput upakara saat puncak Karya IBTK, Widiartha, mengatakan, untuk di Pura Penataran Agung saja dipuput sebanyak 10 sulinggih, di bale peselang dua sulinggih, diambal-ambal 1 sulinggih, dan pengrajeg pengemit karya 1 sulinggih.

Baca juga:  Hari Ini, Hampir 50 Persen Pasien COVID-19 Sembuh Disumbang Satu Zona Merah

“Jadi kalau jumlah sulinggih yang muput sebanyak 14 sulinggih. Tapi, kalau secara keseluruhan di seluruh komplek Pura Agung Besakih sekitar 33 sulinggih. Itu di luar Pura Kawitan dan pedarmaan. Kalau ditambah sulinggih di pedarmaan dan kawitan sekitar 15 sulinggih lagi, maka semuanya bisa mencapai 48 sulinggih,” tandanya. (Eka Prananda/Balipost).

 

BAGIKAN