Gunungan sampah di TPA Peh, Jembrana. (BP/Dokumen)

NEGARA, BALIPOST.com – Pasokan sampah di TPA Peh yang telah menumpuk bertahun-tahun di 2022 lalu mulai berkurang. Hal ini disebabkan mulai munculnya kesadaran memilah sampah dari masyarakat hingga pemilahan di TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu), residu sampah berkurang hingga 2.000 ton lebih dalam setahun.

Bupati Jembrana I Nengah Tamba, Kamis (16/2), mengatakan dengan adanya progress ini, pihaknya terus menggemakan pola pemilahan sampah berbasis sumber yang selama ini dilakukan. Dengan pola yang telah dilakukan melalui program pemilahan dari masyarakat sudah mulai terlihat dampaknya. Khususnya pada TPA Peh yang menjadi pembuangan akhir, sudah mulai berkurang pasokan sampah. Sehingga TPA seluas dua hektar ini bisa lebih lama bertahan.

Baca juga:  Investasi "Theme Park" Internasional akan Masuk, Tanah Sekitar Tol Gilimanuk-Mengwi Naik Drastis

Bupati Tamba juga mendorong agar ke depan di masing-masing Desa/Kelurahan memiliki TPS3R untuk penanganan berbasis wilayah. Pengelolaan sampah menurutnya penting, sehingga juga menjadi penanganan prioritas di setiap wilayah hingga di desa/kelurahan.

Tahun ini Bupati juga akan mencanangkan pembelian sampah terpilah dari masyarakat, dengan tujuan untuk mempercepat upaya perubahan perilaku masyarakat memilih sampah dari sumbernya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jembrana, Dewa Gede Ary Candra Wisnawa menambahkan melalui Gerakan Jembrana Kedas (keren tanpa sampah), hingga Desember 2022 lalu, sudah ada pengurangan residu sampah yang dibuang ke TPA sampai 2000 ton lebih. “Tidak dibuang ke TPA Peh lebih 2.000 ton. Itu yang signifikan melalui program STOP dan pemilahan di TPST,” terangnya.

Baca juga:  Besok, Pendaftaran Jalur Miskin untuk PPDB SMA akan Dimulai

Kapasitas pemilihan di TPST yang berada di Peh menurutnya juga meningkat sampai 50 persen. Saat ini juga kapasitas pemilahan sampah di TPST rata-rata 30 sampai 40 ton per hari.

Sedangkan untuk TPS3R yang ada di desa/kelurahan juga turut membantu pengelolan sampah berbasis kewilayahan. Melalui Gerakan Jembrana Kedas ini akan terus memotivasi setiap desa/kelurahan memiliki TPS3R ke depannya. “Kita berharap kalau sudah berjalan baik, residu saja nanti dibuang di TPA. Tetapi memang perlu proses. Progres yang paling terlihat pengurangan pasokan sampah di TPA dan sudah terbentuk sistem pengelolaan sampah. Baik itu dari pemilahan, pengangkutan dan lain-lain,” terang Ary Candra.

Baca juga:  Kemen PPPA Buat Pedoman Agar Perempuan Tidak Tertinggal di Ranah Digital

Dari 2.000 ton yang berkurang hasil pemilahan itu menurutnya sudah banyak. Sedangkan untuk TPA Peh terus dilakukan penataan sehingga ke depan harapannya lahan seluas dua hektar ini bisa dimanfaatkan lebih lama dan sampah tidak terus menumpuk. Sambil berupaya mendapatkan teknologi yang sesuai untuk mengurangi tumpukan sampah yang ada di TPA. “Untuk TPA masih kapasitasnya, namun harus segera diantisipasi,” pungkasnya. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN