Anak-anak antusias mengikuti kegiatan pasraman kilat. (BP/Istimewa)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Adat, tradisi dan budaya menyatu pada setiap kegiatan masyarakat adat di Bali. Meski demikian, tantangan dalam menjaganya lebih serius pada era perkembangan global yang serba cepat akibat digitalisasi.

Untuk mengantisipasinya, Desa Adat Dalem Setra Batununggul, kecamatan Nusa Penida melakukannya melalui kegiatan Pasraman Kilat selama tiga hari, guna menguatkan dan menumbuhkan kecintaan terhadap adat, tradisi dan budaya tersebut.

Menurut Bendesa Adat Dalem Setra Batununggul, I Dewa Ketut Anom Astika, belum lama ini, dalam kegiatan sosial masyarakat krama, tidak terlepas dari dualitas, baik budaya dan spiritual. Berbicara upakara pasti ada unsur seni dan budaya.

Baca juga:  Maestro Lukis Nyoman Gunarsa Berpulang

Pasraman adalah langkah awal dari pengenalan sejak dini bagi anak-anak yang pertama, yaitu merasa senang dan lega dulu bagi anak-anak. Setelahnya, baru memasukan materi-materi yang sudah dipersiapkan oleh panitia.

Pasraman sengaja disinkronisasi dengan waktu jeda anak-anak sekolah kebetulan libur Hari Raya Suci Siwaratri, waktu yang bagus untuk melakukan kegiatan pasraman guna mencapai tujuan tersebut. Dalam tiga hari, materi pasraman itu, berupa tentang seni tari sakral, pelengkap upakara, dan juga pengetahuan tentang Hari Raya Suci Siwalatri. Seluruh materi pun disambut antusias generasi muda setempat.

Baca juga:  Upacara IBTK “Kasineb”, Paguyuban Drama Gong Lawas “Ngayah” Tari Wali

Pengenalan budaya, kata Dewa Anom hal yang sangat prinsip untuk ditumbuhkan bagi anak-anak. Sebab, selama ini mereka hanya sebatas melihat berbagai kegiatan adat maupun upakara di desa adat. Sekarang, pasraman adalah waktu yang tepat bagi anak-anak mengetahui lebih mendalam baik pengetahuan tentang hari raya, upakara dilanjutkan dengan praktek.

“Yang namanya anak-anak tentu modenya cenderung berubah, materi disajikan tentunya mengikuti pola mereka. Hal ini untuk menyeimbangkan gairahnya dengan lomba yang lagi viral belakangan ini, seperti lato-lato dan tentunya diberikan hadiah sebagai apresiasi,” tegasnya.

Pasraman Kilat Desa Adat Dalem Setra Batununggul yang bernama Pasraman Widya Sundaran, dalam kegiatan melibatkan Penyuluh Basa Bali, Penyuluh Agama Hindu serta insan seni yang ada di desa adat setempat. Seluruhnya berkolaborasi dalam kegiatan ini, untuk menyasar generasi muda agar lebih mencintai adat dan budaya adi luhung dari para leluhurnya.

Baca juga:  Desa Adat Kota Tabanan akan Gelar Lomba Ogoh-ogoh

Ini sejalan dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali dari Gubernur Bali Wayan Koster. Visi ini konsisten pada perlindungan nilai-nilai budaya di setiap desa, dan mendorong kegiatan-kegiatan serupa di desa adat, untuk membentengi generasi muda dari pengaruh modernisasi. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN