Lahan pertanian milik petani di Songan yang sudah memakai sprinkle. (BP/ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Sejumlah petani bawang dan sayur di Kintamani sejak beberapa tahun terakhir tak lagi menyiram tanamannya secara manual. Mereka memakai sprinkle.

Petani membuat alat penyiraman dengan merakit sendiri menggunakan beberapa komponen/alat yang dibeli di toko dan secara online. I Ketut Teon, adalah salah satu petani bawang yang sudah tidak lagi menyiram tanamannya secara manual.

Sejak setahun terakhir ia menyiram tanamannya dengan sprinkle. Petani di Banjar Kayupadi, Desa Songan B itu merakit sprinkle sendiri.

Beberapa komponen alat yang dibutuhkan seperti pipa, keran dibelinya di toko material, sementara alat springkrelnya dibeli secara online. Untuk mendorong air pada jaringan pipa, ia menggunakan mesin pompa.

Baca juga:  Harga Cabai Melambung, Tembus Rp 90.000 Per Kilogram

Dengan memakai sprinkle, Teon mengaku ia hanya cukup memutar keran untuk menyiram tanamannya. Alat akan menyiram secara otomatis dan merata. “Jadi bisa efisiensi tenaga. Kalau (nyiram manual) pakai selang kadang bisa tiga jam berdiri di ladang. Kalau pakai sprinkle kita cukup hanya dua jam. Itupun bisa sambil main HP, sambil cabut rumput,” terangnya.

Tak hanya efisiensi tenaga, penggunaan sprinkel juga dinilai lebih ekonomis. Sebab penggunaan pipa lebih kuat dan tahan lama dibandingkan selang. “Kalau selang cuma bisa dipakai sampai satu tahun. Kalau pipa bisa sampai lima tahun. Memang biaya untuk pemasangan jaringannya tinggi di awal, tapi pipa lebih tahan lama,” kata Teon.

Baca juga:  Tiga Tahun Berlalu, Korban Longsor Bantas Tak Kunjung Tuntas Direlokasi

Sprinkle, kata Teon bisa dipakai untuk menyiram semua jenis tanaman hortikultura. Untuk menyiram bawang, tinggi pipa cukup 80 cm dari permukaan tanah. Sementara tomat, tinggi pipa yang dibutuhkan sekitar 1,5 meter. “Kalau ganti tanaman tinggal ganti pipa. Pemasangannya tidak pakai lem tinggal cabut pipanya dan ganti,” ujarnya.

Di Banjar Kayupadi, sudah ada sekitar 8 petani yang memakai sprinkle untuk menyiram tanaman. “Kalau di wilayah Banjar Tabu dan Hulundanu (Desa Songan) sudah banyak,” imbuhnya.

Banyaknya petani di wilayah Songan kini menggunakan sprinkle untuk menyiram tanaman diakui petugas penyuluh pertanian lapangan di Desa Songan, B Wayan Darmayuda. Dia mengatakan petani di Songan mulai banyak memakai sprinkle sejak 1-2 tahunan. “Tapi ada juga yang sudah pakai dari 3-4 tahun terakhir. Terutama yang lahannya luas,” terangnya.

Baca juga:  Sejak Januari, BUMDA Ambil Alih Penyaluran Beras ke ASN Tabanan

Beberapa petani mempelajari cara merakit dan memasang jaringan pipa sprinkle dari internet. Pemakaian springkrel, diakui Darmayuda membuat petani lebih cepat dan praktis dalam menyiram tanamannya. “Ada juga yang sudah canggih pakai HP untuk mengoperasikan sprinkle. Jadi tinggal pencet HP airnya sudah bisa ngalir. Tapi petani di sini kebanyakan tidak pakai yang seperti itu,” imbuhnya. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN