Sebanyak 13 rumah warga di Lingkungan Samiana terendam dan dua pelinggih milik 2 KK di Lingkungan Jineng Agung ambruk diterjang banjir. (BP/Dokumen)

JAKARTA, BALIPOST.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau Provinsi Bali agar mewaspadai bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan tanah longsor. Hal ini disebabkan berkurangnya kawasan penyangga air.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, dikutip dari Kantor Berita Antara, Selasa (25/10), mengatakan Provinsi Bali sedikit unik. “Ada bagian-bagian yang dulunya mungkin sebagai penyangga air sekarang sudah berkurang. Ini juga harus kita waspadai untuk potensi terjadinya bencana hidrometeorologi basah yang masif, karena dalam dua minggu ini bencana hidrometeorologi basah terjadi di Bali itu cukup signifikan,” ujarnya.

Baca juga:  Buka Pariwisata Bali, Koster Tegaskan Ini yang Harus Dicapai Dulu

Abdul menyebut kejadian banjir di Bali memang jarang. Namun dilihat dari dampaknya menyebabkan jalanan putus di Kabupaten Jembrana, yang mengganggu jalur lalu lintas dari Ketapang-Gilimanuk.

“Ini harus kita waspadai, karena kita tahu Bali adalah tuan rumah pertemuan puncak G20 di 14-16 November, dan ini sudah memang kita dari BNPB sudah menyiapkan langkah-langkah antisipasi,” ujar Abdul.

Abdul mengatakan upaya mengurangi potensi dampak dari bencana hidrometeorologi basah tidak hanya kerja BNPB saja, tapi harus melibatkan Pemerintah Provinsi hingga ke tingkat masyarakat. Selain itu Abdul mengimbau jika ada kondisi-kondisi lingkungan yang mungkin membahayakan, lereng lereng tebing yang gundul atau mungkin curam yang berpotensi longsor, harus segera diantisipasi baik itu mitigasi struktur ataupun non-struktur.

Baca juga:  Penelusuran Kontak Kasus di Jawa dan Bali Perlu Dipercepat, Cuma DKI Jakarta Capai Target Harian

BNPB menilai kawasan di Kabupaten Karangasem dan Bangli sebenarnya bukan lokasi secara kerentanan topografi dan kerentanan lingkungan adalah daerah rawan banjir. Risiko banjir, menurut Abdul hanya di sekitar aliran sungai saja.

Umtuk itu pihak BNPB masih mendalami analisis penyebab banjir di lokasi-lokasi yang secara fisik tersebut, bukan daerah yang berisiko tinggi banjir. “Karena banjir di Bali cukup besar ya udah seperti banjir bandang, ada pohon-pohon yang terbawa ke bawah. Ini kita harus melihat hulu sungai kita,” ujarnya. (kmb/balipost)

Baca juga:  Tren Kuliner 2023, Nasi Goreng Masih Jadi Makanan Terfavorit
BAGIKAN