Peternak membersihkan kandang ternak babinya. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Upaya meminimalisir penyebaran kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Denpasar terus dimaksimalkan. Salah satu caranya, yakni memberikan vaksinasi PMK untuk babi dan sapi.

Sampai saat ini, menurut Kabid Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kota Denpasar, I Made Ngurah Sugiri, Senin (26/9), ratusan ekor sapi dan babi telah dilakukan vaksinasi. Hanya, jumlahnya jauh lebih kecil untuk ternak babi.

Pelaksanaan vaksinasi untuk babi ini juga baru dimulai. Berbeda dengan sapi yang telah awal dilakukan vaksinasi.

Baca juga:  Bali Diizinkan Kirim Babi Keluar, Ini Sejumlah Persyaratannya

Pelaksanaan vaksinasi ini sudah dimulai pada 19 September 2022 lalu. Hingga saat ini cakupan vaksinasi baru menyasar 14,32 persen dari populasi babi di Kota Denpasar.

Dikatakan, berdasarkan data kumulatif, vaksinasi untuk ternak babi telah menyasar 659 ekor dari populasi sebanyak 4.601. “Pelaksanaan vaksin PMK untuk babi ini menyasar 21 desa dan kelurahan. Kami menjadwalkan hingga 29 September,” katanya.

Populasi ini tersebar di empat kecamatan yakni Denpasar Selatan sebanyak 866 ekor, yang sudah divaksin 288 ekor. Selanjutnya untuk Denpasar Barat memiliki populasi babi sebanyak 1.352 ekor. Sedangkan yang sudah divaksin sebanyak 158 ekor.

Baca juga:  Bali United dan Pesebaya Bakal Saling Ngotot

Untuk Denpasar Utara memiliki populasi babi sebanyak 526 ekor. Dan yang sudah divaksin sebanyak 84 ekor. Serta Denpasar Timur memiliki populasi babi sebanyak 1.857 ekor. Sedangkan yang sudah divaksin sebanyak 129 ekor.

Selain itu, sebelum pelaksanaan vaksin PMK untuk babi, Distan Denpasar juga sudah melakukan vaksinasi untuk sapi. Dimana, untuk pelaksanaan vaksinasi PMK di Denpasar sudah dilakukan untuk dosis kedua.

Untuk vaksinasi PMK dosis pertama pada ternak sapi di 21 desa /kelurahan sudah mencakup 2.705 ekor atau 106,16 persen. Sedangkan untuk vaksinasi PMK dosis kedua pada sapi sebanyak 2.292 ekor atau 89,95 persen. “Cakupan vaksinasi tidak mencapai 100 persen, disebabkan oleh beberapa hal yakni ternak sapinya sudah terjual, karena bunting, dan sulit dihandling dan tidak ada pemilik,” katanya. (Asmara Putera/balipost)

Baca juga:  Layanan PN Denpasar Dipantau Kemenpan RB
BAGIKAN