Hasil panen milik krama Desa Adat Lebu dipamerkan sebagai bentuk syukur atas hasil yang berlimpah. (BP/nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Setiap desa memiliki ritual tersendiri untuk mengucapkan rasa syukur atas hasil bumi yang telah dilimpahkan. Seperti Desa Adat Lebu, Desa Lokasari, Kecamatan Sidemen, Karangasem yang memiliki usaba desa sebagai bentuk wujud syukur terhadap hasil panen yang melimpah. Upacara itu menjadi salah satu tradisi yang terus dilestarikan oleh desa adat setempat.

Bendesa Adat Lebu, I Wayan Darmanta mengungkapkan, usaba desa di Desa Adat Lebu sendiri dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Dimana pelaksanaan usaba ini tidak bisa ditentukan sasih apa akan dilaksanakan, karena menunggu lahan seluas 44 hektare yang menjadi persawahan dan perkebunan tersebut panen. Yang jelas, usaba desa tersebut dilaksanakan tiga hari sebelum tilem di Pura Puseh, yang mana pada saat tilem tersebut dilaksanakan Usaba Dalem.

Baca juga:  Tadarus Puisi dan Silaturahmi Sastra Banjarbaru Berakhir Sukses

“Sebelum dilaksanakannya Usaba Desa ini, lebih dulu dilakukan pembakaran jerami oleh sekaa subak. Setelah itu, pihak subak akan melaporkan kepada dirinya bahwa sudah dilaksanakannya pembakaran jerami. Kemudian saya mengumpulkan krama desa untuk membahas melaksanakan Usaba Desa,” ujarnya.

Darmanta menambahkan, makna dan tujuan dari Usaba Desa itu sendiri, yakni wujud syukur kehadapan tuhan telah diberikan hasil panen yang melimpah, upacara ini pun dilengkapi dengan berbagai hasil bumi, palebungkah dan palegantung. Terlihat palebungkah dan palegantung bergelantungan di Pura Puseh desa setempat.

Baca juga:  Rumah Sakit Dukung Gubernur Koster Sukseskan G20

“Usaba ini berbeda dengan Usaba Nini di desa lain yang umumnya menggunakan padi, usaba desa di Desa Adat Lebu ini sendiri menggunakan palebungkah dan palegantung. Digunakannya hasil tersebut, tak lepas dari Desa Adat Lebu memiliki hasil bumi berupa palebungkah dan palegantung. Ada yang magantung, ada yang tertanam umbi-umbian itu. Hasil bumi yang ada di sinilah yang dihaturkan,” katanya.

Dia menambahkan, palebungkah dan palegantung yang digunakan pada saat prosesi tersebut dicari oleh Sekaa Roras atau kelompok 12. Dimana sekaa roras tersebut sudah dipilih saat pertamakali krama setempat tedun untuk membahas pelaksanaan usaba desa ini. “Sekaa roras inilah yang mencari palebungkah dan palegantung di areal sini (Desa Adat Lebu-red),” paparnya.

Baca juga:  Ethno Spa 2017 Hadirkan Sensasi Spa Etnik Khas Indonesia

Selain mencari palebungkah dan palegantung, sekaa roras tersebut juga diberi tanggung jawab penuh dalam melaksanakan ngayah pada saat Usaba Desa. Bahkan sebelum usaba dimulai yang bersangkutan sudah ngayah. “Sebelas hari sebelum Usaba Desa sudah makemit di Bale Agung sampai hari H, hari ini pas usaba,” tandasnya. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN