Suasana prosesi ngajum serangkaian upacara atma wedana di Serangan.(BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pelaksanaan kegiatan keagamaan di Denpasar dalam beberapa bulan terakhir ini cukup banyak. Terlebih, kondisi pandemi COVID-19 yang semakin melandai, memungkinkan pelaksanaan kegiatan keagamaan digelar kembali dengan melibatkan banyak orang.

Tidak terkecuali di Desa Adat Serangan. Setelah sebelumnya menggelar kegiatan dewa yadnya, kini kembali menggelar upacara pitra yadnya, Atma Wedana.

Desa Adat Serangan termasuk di wilayah Denpasar Selatan. Dulu, Serangan terpisah dengan Bali daratan.

Namun, setelah adanya reklamasi, pulau yang dikenal dengan sebutan pulau Penyu ini terhubung dengan jembatan. Akibatnya, perkembangan pesat mulai dirasakan warga setempat.

Di Serangan juga dikenal akan keberadaan penangkaran penyu. Kekayaan laut di Serangan, menjadikan masyarakat di desa setempat, didominasi bermata pencaharian sebagai nelayan. Baik itu di dalam pembudidayaan rumput laut, terumbu karang dan biota laut lainnya. Di samping itu banyak yang bergelut di bidang pariwisata.

Baca juga:  Unik, Piodalan di Pura Dalem Suci Banyuasri Harus Gunakan Sekar Gadung

Dengan adanya keberadaan laut yang mengitari pulau ini, semakin dikembangkan dalam segi pembangunan desa yang diawali dengan membangun beberapa infrastruktur, seperti dermaga sebagai sarana penyebrangan antar pulau dan penyediaan sewa kapal atau moring yang dijadikan pemasukan utama kas desa adat. Desa yang terdiri dari enam banjar adat selalu bersinergi dan bergotong royong untuk membangun dan mengembangkan potensi yang ada untuk meningkatkan pengembangan bidang pariwisata.

Bendesa Adat Serangan, Made Sedana didampingi manggala karya, Made Sandya menyampaikan pelaksanaan karya mamukur ini telah menjadi agenda sejak lama. Bahkan, rangkaian karya telah dimulai sejak 23 Juli dengan prosesi nyukat genah, dilanjutkan dengan prosesi ngaben pada 19 Agustus.

Baca juga:  Desa Adat Gempinis Kembangkan Komoditas Buah

Sedangkan puncak karya dilaksanakan pada 31 Agustus dan 4 September dilaksanakan nyegara gunung. Sedangkan prosesi memukur ini diikuti 125 sawa.

Pelaksanaan karya ini mendapat atensi dari Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara. Bahkan, wali kota sempat menghadiri rangkaian karya pitra yadnya atiwa-tiwa lan atma wedana (mamukur) di  Desa Adat Serangan ini, Senin (29/8).

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, anggota DPRD Provinsi Bali, I Gusti Putu Budiarta, anggota DPRD Kota Denpasar A.A. Putu Gede Wibawa, Camat Denpasar Selatan, Made Sumarsana, Lurah Serangan,  tokoh masyarakat serta undangan lainnya.

Baca juga:  Desa Adat Rendang Lestarikan Tradisi “Grudug Langsat”

Dalam kesempatan tersebut Jaya Negara menyampaikan, pelaksanaan upacara agama di Kota Denpasar dalam situasi pandemi saat ini yang telah disiplin dalam penerapan prokes. Terlebih dalam rangkaian karya pitra yadnya atiwa-tiwa dan atma wedana (mamukur) yang telah disiplin pada penerapan prokes.

Diharapkan pelaksanaan upacara mamukur  ini dapat berjalan dengan lancar, aman, dan sehat. “Kami mengapresiasi pelaksanaan upacara  yang disiplin prokes telah berjalan lancar dan aman hingga puncak upacara nanti. Serta terus mengingatkan untuk secara bersama-sama saling mengingatkan dalam menerapkan disiplin prokes,” ujar Jaya Negara.

Dalam kesempatan tersebut Jaya Negara turut melaksanakan prosesi ngajum sekah (salah satu prosesi memukur) serta menyerahkan punia. (Asmara Putera/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *