Kadek Wira Wicaksana. (BP/Mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Petani cengkeh di Buleleng saat ini memasuki masa panen. Sayang, produktivitas cengkeh di beberapa desa di Bali Utara turun drastis. Ini disebabkan karena hujan yang berkepanjangan, sehingga harusnya tanaman memproduksi bunga, namun malah sebaliknya hanya mengelurkan ranting dan duan yang subur.

Panen cengkeh sudah dimulai sejak bulan Juni 2022 dan hingga sekarang masih berlangsung. Seperti di Desa Gesing, Kecamatan Banjar, Desa Selat, Ambengan, Gitgit Kecamatan Sukasada, dan desa-desa lain. Selain petani memetik langsung bunga cengkeh dengan mempekerjakan tenaga khusus, ada juga ada yang menjual bunga cengkeh di kebun. Ini bisa disebut dengan istilah ijon.

Perbekel Desa Gesing di Kecamatan Banjar Kadek Wira Wicaksana belum lama ini menuturkan, warganya sekarang masih disibukan dengan kegiatan panen cengkeh. Saban hari, para tukang petik lengkap membawa tangga lalu lalang di jalan raya untuk menuju lokasi kebun yang akan memetik bunga cengkeh.

Baca juga:  Jelang Galungan, Harga Sembako di Gianyar Turun

Sementara, setiap pekarangan rumah warganya dipenuhi bunga cengkeh yang akan dikeringkan dengan sinar matahari langsung. Tak heran, sejak musim panen bunga cengkeh ini, perekonomian warga di desanya menjadi bergeliat.

“Masih sebagian besar pemilik kebun yang metik, namun ada beberapa yang menjual di kebun. Sejak musim petik ini perekonomian warga kami bergeliat karena penyerapan tenagakerja bukan saja tukang petik, tetapi tenaga jemur, membersihkan tangkai bunga cengkeh juga banyak dipelrukan saat panen ini,” katanya.

Menurut Perbekel Wicaksana, pada musim panen tahun ini harusnya petani melakukan panen raya. Pada situasi ini biasanya tanaman menghasilkan bunga yang sangat lebat. Sayangnya, prediksi itu meleset jauh. Pasalnya, tanaman sebagian besar tidak mampu berbunga lebat. Bahkan, ada tanaman yang tidak menghasilkan bunga sama sekali. Tak heran, situasi ini membuat petani sedikit berkecil hati karena hasil panen cengkeh tahun ini belum sesuai harapan. “Harusnya panen raya dan tanaman berbunga lebat, namun namanya alam prediksi itu meleset dan bunga sedikit dan bahkan ada yang tak berbunga sama sekali,” tegasnya.

Baca juga:  Korban Jiwa COVID-19 Bertambah Puluhan, Dua Wilayah Ini Sumbang 55 Persennya

Tak maksimalnya produktivitas cengkeh pada masa panen tahun ini, menurut Perbekel Wicaksana, situasi ini sebagai dampak curah hujan yang berkepanjangan. Akibat terlalu sering diguyur hujan membuat tanaman gagal memproduksi bunga. Sebaliknya, tanaman tampak subur karena pengaruh hujan membuat ranting dan daun tumbuh subur. “Namanya alam tidak bisa diprediksi, harusnya saat akan berbunga tidak ada hujan, tapi malah hujannya berkepanjangan, sehingga tanaman bukanya berbunga tetapi tumbuh daun dan ranting saja,” tegasnya.

Baca juga:  Bawaslu Tabanan Rekomendasikan Sanksi Dua Oknum Aparatur Desa

Kendati hasil panen belum sesuai harapan, namun dari segi harga jual cengkeh saat ini sudah memberi keuntungan bagi petani. Buktinya, harga cengkeh di pasaran saat masa panen ini bervariasi, mulai dari Rp 127.000 sampai harga yang tertinggi Rp 130.000 per kilogramnya. “Untungnya petani kami mendapat harga jual yang bisa dibilang menguntungkan, jadi meski dapat panen sedikit tapi dapat harga yang menguntungkan, sehingga tidak terlalu merugikan petani,” tegasnya. (Mudiarta/Balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *