Paruman Agung Pasemetonan Pratisentana Ida Bhatara Manggis Kuning bertempat di Puri Agung Gianyar. (BP/Ist)

GIANYAR, BALIPOST.com – Sebentar lagi Kota Gianyar berulang tahun, tepatnya pada 19 April 2022. Gianyar akan memperingati kotanya dalam ulang tahun yang ke-251.

Sebuah rentang waktu yang cukup lama, dua setengah abad lebih. Nama Kabupaten Gianyar dengan ibu kotanya Gianyar tentu sudah sangat dikenal. Tapi hanya sedikit yang tahu, kenapa kabupaten ini disebut Gianyar, kapan kota ini didirikan?

Serangkaian HUT Kota Gianyar, Paruman Agung ke-I akan dilaksanakan selama 3 hari, mulai 17 sampai 19 April 2022 bertempat di Puri Agung Gianyar. Sedangkan tema kegiatan adalah “Melalui Paruman Agung Kita Songsong Pembentukan Organisasi Pratisentana Ida Bhatara Manggis Kuning”.

Pada paruman hari pertama dibahas dan ditetapkan AD/ART dan pemilihan Manggala Utama. Terpilih A.A. Gde Amayun, SH dari Puri Tulikup.

Paruman hari ke-2 melengkapi struktur kepengurusan. Sedangkan paruman hari-3 yang yang juga bertepatan dengan hari jadi Kota Gianyar, juga mengundang dan diharapkan kehadiran ‘Penglingsir’ dari puri-puri besar di Bali, serta Bupati Gianyar.

Baca juga:  Sekap Buruh Bengkel, Preman Kota Gianyar Digrebeg Polisi

Berdirinya Kota Gianyar saat ini, tidak lepas dari peristiwa masa lampau. Adalah peranan Ida I Dewa Manggis Kuning, yang merupakan generasi dari raja-raja dari silsilah Dinasti Dalem setelah Dalem Segening (Ayah), Dalem Waturenggong (Kakek), Dalem Sri Semara Kepakisan atau Dalem Ngulesir (Kakek Buyut) sampai generasi pertama yaitu Raja Ida Dalem Sri Kresna Kepakisan (Kakek Kelab) hijrah dari Majapahit ke Bali. Sampai di Bali berkeraton di Samprangan (Desa Samplangan, Gianyar) sekarang.

Ida I Dewa Manggis Kuning mampu meletakan pondasi yang kuat dalam membangun sebuah pemerintahan. Kala itu memilih dan menetap di Desa Bengkel, yaitu Desa Beng sekarang. Dewa Manggis Kuning wafat, meninggalkan seorang putra yang bernama Dewa Manggis Pahang. Dewa Manggis Pahang menurunkan 5 orang putera, mereka adalah Dewa Manggis Bengkel, Dewa Gde Pinatih, Dewa Nyoman Pinatih, Dewa Ketut Pinatih dan Dewa Gde Kesiman. Sebagai pewaris utama, Dewa Manggis Bengkel menetap di Desa Beng, sementara adik-adiknya mendirikan puri di Serongga, Abianbase dan Bitra.

Baca juga:  Hasil Tracing Gugus Tugas, Klaster Munduk Kaliakah Merambah Banyubiru

Dewa Manggis Bengkel melahirkan Dewa Manggis Api. Dewa Manggis Api ‘remaja’ tinggal di Puri Taman Bali, Bangli, di Puri asal ibundanya. Sebagai pewaris tahta, oleh paman-pamannya dari Puri Serongga, Abianbase dan Bitra, Dewa Manggis Api dijemput pulang kembali dengan membangun Puri di tempat yang baru, sekitar 2 Km ke arah selatan dari Desa Beng. Penataan puri disesuaikan dengan Puri Taman Bali, dibangun di atas areal milik seorang Brahmana bernama Ida Pedanda Sakti Tarukan, yang diberikan kepada Dewa Manggis Api.

Istana baru itu diberi nama Puri Gerya Anyar, kemudian menjadi Puri Gianyar. Dewa Manggis Api sebagai Raja I Gianyar dengan nama abhiseka Dewa Manggis Sukawati (Dewa Manggis IV). Pembangunan Puri Gianyar diperkirakan selesai dan difungsikan pada hari baik, Soma (Senin) Paing, Langkir tahun 1771 M.

Bila disesuaikan dengan kalender Masehi, maka hari tersebut sama dengan tanggal 19 April tahun 1771. Momen penting inilah selanjutnya ditetapkan sebagai hari lahir Kota Gianyar, dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar No.9 tahun 2004 tanggal 2 April 2004 tentang Hari jadi Kota Gianyar.

Baca juga:  Bea Cukai Musnahkan Barang Ilegal Rp 1,9 Miliar

Selanjutnya oleh penerusnya, sebagai wujud bakti kepada leluhur sudah sepatutnyalah menjadi kewajiban untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur yang telah diturunkan Salah satu cara untuk mewujudkan rasa cinta dan bakti ini adalah dengan membentuk sebuah wadah perhimpunan pratisentana.

Rencana perhimpunan telah mendapat restu dan dukungan dari ‘penglingsir’ puri-puri pratisentana Manggis Kuning, baik dari Puri Agung Gianyar dan puri-puri lainnya. Dukungan pertama Puri Agung Gianyar dari Ida Anak Agung Gde Agung, Puri Loji (mantan Mentri KESRA masa akhir Orde Baru) sebagai penyeledi Puri Agung Gianyar, lalu dari penglingsir Puri Anyar, Ida Bhagawan (mantan Bupati Gianyar) dan Anak Agung Gde Raka dari Puri Baleran. (kmb/balipost)

BAGIKAN