Penyeberangan di Selat Bali Ketapang-Gilimanuk. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Arus kendaraan barang Jawa-Bali sejak dioperasikannya tol laut mengalami penurunan. Tol Laut berupa kapal yang menghubungkan Banyuwangi-Lombok ini cukup banyak mengurangi volume kendaraan barang yang melintas.

Sehingga menjadi solusi kendaraan dengan tujuan Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Ditambah lagi pandemi COVID-19 yang melanda, juga berdampak pada jumlah kendaraan barang masuk Bali.

Koordinator Satuan Pelaksana (Satpel) Unit Pelayanan Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Cekik, Gilimanuk, Arya menyebutkan penurunan lalu lalang kendaraan barang melalui Gilimanuk terjadi sejak dua tahun ini. Terutama kendaraan barang yang mengangkut material (besi, semen) dan bahan makanan. Selain karena dampak Pandemi dimana sedikit aktivitas di Bali, pembangunan juga lebih banyak fokus ke NTB.

Baca juga:  Seluruh Korban Kecelakaan Maut di Gilimanuk Dijamin Jasa Raharja

Sementara untuk angkutan barang dengan tujuan NTB dan NTT, lebih banyak memanfaatkan Tol Laut. “Cukup signifikan, hampir 50 persen mengalami penurunan. Kita ambil contoh waktu padat malam hari, dari sebelum Pandemi bisa 700 unit per malam, saat ini hanya sekitar 300 unit kendaraan yang melintas,” kata Arya.

Unit kendaraan barang itupun menurutnya lebih banyak nomor kendaraan Bali (DK). Sedangkan kendaraan bernomor kendaraan NTB dan NTT (DR dan DH) sudah sangat jarang. Kendaraan barang yang tujuan NTB dan NTT lebih banyak memanfaatkan Tol Laut dengan pertimbangan biaya.

Baca juga:  Diskominfos Bali Kembali Catat Hoax dan Disinformasi

Terlebih di Ketapang, Banyuwangi, sudah ada dua pelabuhan yang melayani Tol Laut dan setiap kapal memiliki kapasitas muat yang lebih banyak. Satu dikelola Pelindo dan satu ASDP Indonesia Ferry. Meski dari segi waktu lebih lama (12 jam), tetapi dari cost biaya dengan efisiensi dinilai lebih sesuai.

Selain di Ketapang, juga ada yang memanfaatkan Tol Laut dari Surabaya, masuk ke Bali tetapi bukan melalui Gilimanuk. Melainkan dari Buleleng, sehingga dalam waktu dekat UPPKB (jembatan timbang) di Seririt juga dibuka kembali.

Baca juga:  Hadir di Ambon, Grab Jangkau 100 Kota di Indonesia

Intensitas lalu lalang kendaraan barang melalui jalur Buleleng-Jembrana itu juga cukup tinggi. Khususnya kendaraan barang pengangkut pasir dan batu. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN