Luhut B. Pandjaitan. (BP/iah)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sistem kesehatan nasional diklaim cukup siap menghadapi varian Omicron. Hal ini diungkapkan Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut B. Pandjaitan dalam keterangan pers virtual terkait evaluasi PPKM, Senin (10/1).

Ia menegaskan langkah preventif merupakan kunci utama agar bisa terhindar dari ancaman ini. “Dan kita, harus kompak. Tidak perlu lah mencari kekurangan di sana-sini, tapi kita harus saling mengingatkan dengan baik,” ujarnya.

Dikatakannya pencegahan Omicron tidak bisa hanya dilakukan pemerintah, namun melibatkan peran serta masyarakat. Mulai penegakan protokol kesehatan yang tidak boleh jenuh hingga penggunaan PeduliLindungi dengan baik. “Pemerintah juga terus melakukan langkah-langkah persiapan dengan meminta seluruh daerah agar secara dini mungkin menyiapkan fasilitas rumah sakit dan isolasi terpusat untuk memitigasi hal-hal yang tidak diinginkan,” tegas Wakil Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) ini.

Baca juga:  Indonesia Disebut Sebagai "Supermarket Bencana"

Selain itu, peningkatan tracing dan testing juga terus menjadi prioritas pemerintah untuk mencegah kasus meledak kembali. Sudah 178 hari sejak puncak kasus pada Juli 2021, Indonesia berada pada titik terendah. “Hal ini, berkat kerja sama dan kerja keras kita semua sebagai anak bangsa. Tentunya hal ini harus terus kita jaga dengan cara taat pada protokol kesehatan. Saya yakin COVID-19 hanya dapat dicegah dengan kedisiplinan yang kuat dan semagat gotong royong seluruh elemen bangsa secara terus menerus tanpa putus-putusnya. Saya sekali lagi ingin meminta, patuhi lah protokol kesehatan dan kita semua bekerja keras mematuhi apa yang sudah disiapkan pemerintah. Pemerintah memberikan yang terbaik untuk rakyatnya,” tutupnya.

Baca juga:  Tangan Ferdy Sambo Diborgol Plastik Saat Rekontruksi

Kedatangan Luar Negeri

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan terjadi peningkatan jumlah kasus Omicron dari kedatangan luar negeri. Positivity rate untuk kedatangan luar negeri adalah 13 persen, jauh di atas positivity rate transmisi lokal yang 0,2 persen. “Jadi positivity rate untuk kedatangan dari luar negeri 65 kali lebih tinggi dari positivity rate transmisi lokal,” ujarnya.

Ini, memperkuat hipotesis bahwa sebagian besar kasus yang terjadi saat ini disebabkan oleh kedatangan luar negeri. Negara-negara yang paling tinggi kasusnya sekarang bergeser, pertama di Arab Saudi, Turki, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab. “Dari jumlah kasus Omicron yang ada 414 di Indonesia sekarang, kami juga sudah melakukan penelitian, dari 414 ini, yang masuk kategori sedang artinya membutuhkan perawatan dengan oksigen hanya 2 orang,” jelasnya.

Baca juga:  Makin Turun, Tambahan Harian Kasus COVID-19 Nasional di Bawah 10.000 Orang

Ditambahkan kedua pasien berusia usia 58 tahun dan 47 tahun. Keduanya memiliki komorbid.

Dari 414 orang yang dirawat karena Omicron, 114 orang atau 26 persen sudah sembuh. Termasuk juga dua orang yang masuk kategori sedang dan memerlukan oksigen itu. “Jadi kesimpulannya, walaupun Omicron ini cepat transmisinya tapi relatif lebih ringan dari severity atau keparahannya,” urainya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *