Scott Morrison. (BP/Antara)

SYDNEY, BALIPOST.com – Australia mencapai kumulatif kasus COVID-19 sebanyak 1 juta orang setelah dilanda “tsunami” Omicron. Pada Senin (10/1), Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan Australia harus melalui wabah Omicron yang menyebar cepat.

Lebih dari setengah total kasus itu dilaporkan dalam sepekan terakhir saja dan membebani sistem kesehatan dan rantai pasokan di Australia. Morrison, yang sedang menghadapi tekanan di awal tahun pemilihan, berencana mengubah aturan isolasi agar pekerjaan di bidang produksi dan distribusi makanan tetap dapat dilakukan oleh mereka yang menjadi kontak dekat tapi tidak bergejala.

Baca juga:  BRI Raih Penghargaan Asiamoney Trade Finance Survey 2023

“Omicron menuntut pendekatan lain dan kita harus melaluinya,” kata dia dalam jumpa pers di ibu kota Canberra, dikutip dari Kantor Berita Antara.

“Anda punya dua pilihan di sini: melaluinya atau menguncinya. Kita (memilih) untuk melaluinya.”

Morrison berencana memperluas perubahan dalam aturan transportasi dan sektor-sektor utama lainnya. Proposal tentang hal itu akan diajukan kepada para pemimpin negara bagian dalam pertemuan kabinet nasional pekan ini. “Meskipun Australia menghadapi lonjakan kasus serius, sistem kesehatan masih mampu mengatasinya,” kata Morrison.

Baca juga:  Perkembangan Kasus COVID-19, Ini Kata Wakapolda

Lebih dari 3.500 pasien dirawat di rumah sakit, naik dari sekitar 2.000 pada pekan lalu. Setelah berhasil meredam lonjakan kasus lewat penguncian agresif dan kontrol perbatasan yang ketat di awal pandemi, Australia kini mencatat rekor infeksi ketika mulai “hidup bersama virus” dengan tingkat vaksinasi yang lebih tinggi.

Peningkatan jumlah pasien yang dirawat inap memaksa otoritas untuk memberlakukan kembali sejumlah pembatasan di negara bagian. Sementara itu, kelangkaan staf akibat pekerja terkena kewajiban isolasi atau sakit telah menghantam bisnis. (kmb/balipost)

Baca juga:  Satgas Akan Rapid Tes Ulang Seluruh PMI yang Karantina Mandiri
BAGIKAN