Para calon penumpang antre di bagian lapor diri Maskapai Penerbangan Virgin Atlantic dan Delta Air yang akan menuju ke Amerika Serikat di Terminal 3, Bandara Internasional Heathrow, London, Inggris, Senin (8/11/2021). Amerika Serikat mengizinkan masuk warga negara asing dari 26 negara yang sudah divaksinasi COVID-19 secara penuh via jalur udara maupun darat mulai 8 November 2021. (BP/Ant)

LONDON, BALIPOST.com – Inggris mencatat sebanyak 633 kasus baru Omicron ditemukan, sehingga secara keseluruhan varian tersebut berjumlah 1.898 kasus. Menurut otoritas kesehatan Inggris, Sabtu (11/12), angka itu merupakan lonjakan harian tertinggi sejak Omicron terdeteksi di Inggris, sebagaimana dikutip dari Kantor Berita Antara, Minggu (12/12).

Data terbaru itu muncul saat para pakar memperingatkan bahwa Omicron dapat menyebabkan antara 25.000-75.000 kematian di Inggris pada akhir April jika tidak ada tindakan ekstra yang diterapkan.

Baca juga:  BPJS Kesehatan Alami Krisis Keuangan, Jokowi Sebut Usulan Kenaikan Iuran Masih Dikalkulasi

Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) memperkirakan bahwa jika Omicron terus mengganas, varian tersebut akan menjadi varian dominan, yang menyumbang lebih dari 50 persen dari total kasus COVID-19 di Inggris pada pertengahan Desember.

Pihaknya juga memprediksikan bahwa jika tren saat ini masih tetap sama, kasus Omicron di Inggris akan melampaui angka 1 juta kasus pada akhir Desember ini.

Inggris melaporkan tambahan 54.073 kasus COVID-19, sehingga totalnya menjadi 10.771.444 kasus, menurut data resmi yang dirilis pada Sabtu. Otoritas juga mencatat 132 kematian baru, sehingga secara keseluruhan berjumlah 146.387 kematian. Sementara itu, sebanyak 7.413 pasien COVID-19 masih dirawat di rumah sakit.

Baca juga:  Pembersihan Candi Borobudur dari Abu Vulkanik

Lebih dari 89 persen warga berusia 12 tahun ke atas di Inggris telah mendapatkan dosis pertama vaksin dan lebih dari 81 persen telah mendapatkan dosis kedua, berdasarkan laporan terbaru.

Sebanyak lebih dari 39 persen populasi sudah menerima vaksin booster COVID-19. Untuk kembali hidup normal sejumlah negara seperti Inggris, China, Jerman, Rusia dan Amerika Serikat berpacu dengan waktu untuk meluncurkan vaksin COVID-19. (kmb/balipost)

Baca juga:  Kasus Pembunuhan Taruna PIP Dilakukan Reka Ulang
BAGIKAN