Kegiatan sosialisasi dan pelatihan Biodinamik ke para PPL dan pekaseh se-Kecamatan Tabanan, Jumat (3/12). Kegiatan ini digelar dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan di Kabupaten Tabanan. (BP/eka)

TABANAN, BALIPOST.com – Pertanian organik saat ini menjadi sebuah solusi pertanian berkelanjutan yang diharapkan dapat meningkatkan kulitas hasil produksi para petani. Apalagi masa pandemi merupakan moment tepat untuk membangkitkan lagi sektor pertanian.

Program pemerintah Propinsi Bali dan pemerintah daerah kabupaten Tabanan pun telah sejalan untuk bagaimana mengajak petani mengarah ke sistem pertanian organik. Diawali di Kabupaten Tabanan yang diinisiasi oleh Yayasan Darma Naradha, para petani diberikan pelatikan pertanian sistem organik dengan Biodinamik 500, dengan harapan bisa segera mengharmonikan alam Bali, membersihkan bumi pertiwi dari zat-zat kimia.

Digelar di kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Tabanan, para petani Tabanan siap mengaplikasikan pelatihan yang mereka dapatkan untuk bentuk dukungan ikut membersihkan bumi pertiwi dari “cekokan” kandungan zat zat kimia sejak puluhan tahun.

Memiliki keterbatasan lahan pertanian, Camat Tabanan I Gusti Made Darma Ariantha dalam kesempatan itu mengatakan, pengaplikasian pertanian organik  di kawasan perkotaan bisa memanfaatkan pekarangan/lahan minimalis, baik dengan sarana pot ataupun hidroponik. Namun tak menutup kemungkinan, para petani yang masih bisa menjaga lahan mereka, bertahap mulai mengarah ke sistem pertanian organik.

Baca juga:  Tembok Rumah Jebol, Akses Jalan Beton Tertutup

Karena selama ini dari daerah telah mendorong untuk pertanian ramah lingkungan, sebelum nantinya bisa organik murni. “Memang tantang berat bagi kami di kecamatan Tabanan karena sudah banyak lahan beralih fungsi, salah satu cara yang paling penting saat ini bagaimana menumbuhkan spirit entrepreneur para petani muda, misalnya dengan lahan kecil bisa melakukan hal kecil juga untuk menjaga ketahanan pangan minimal memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan menanam sayur organik dengan cara hidroponik,” terangnya.

Menurutnya, organik kini mulai dikenal luas masyarakat seiring dengan adanya tren hidup sehat. Banyak pelaku pertanian organik bermunculan, dan tentunya kedepan harus diimbangi dengan adanya pangsa pasar.

Tidak hanya karena bernilai ekonomis tinggi, pertanian organik penting untuk perbaikan ekosistem pertanian yang kian rusak terpapar bahan sintetik atau kimiawi seperti pestisida. Termasuk juga, potensi pertanian lainnya yang dinilai menjanjikan kedepannya seperti kelor, mantan Camat Kerambitan inipun menyarankan agar pemahaman tentang kelor ini dikemas menjadi sebuah cerita, perlakuannya baik.

“Misalnya saja, ketika kelor ini dijadikan olahan sayur dan disajikan untuk tamu, mereka (tamu) ini tahu cerita tentang kelor ini apa, khasiatnya apa, dan sebaiknya kapan dipetiknya untuk mendapatkan kalori yang bagus, jadi ketika kelor ini diceritakan secara menarik sesuai taru pramana saya pikir akan menjadi sangat baik sekali dan memiliki kekhasan tersendiri,” terangnya.

Baca juga:  Sosialisasi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali" Diawali dengan Penyerahan Kalung Om Kara

Koordinator Penyuluh Pertanian Kabupaten Tabanan, I Made Subur mengatakan di tengah ketersediaan lahan yang sempit seperti di kawasan perkotaan, penerapan pertanian organik bisa dikolaborasikan dengan pertanian modern. Bisa dengan pemanfaatan pot dengan bahan bahan organik atau bisa juga dengan hidroponik.

Artinya, tabulampot dan hidroponik juga sangat memungkinkan diterapkan organik bahkan lebih efektif karena lahan sempit dan media yang dibutuhkan sedikit tetapi produksinya lebih bagus. “Berbicara pasar tentunya perlu didukung oleh pemerintah daerah, terpenting saat ini adalah bagaimana menghasilkan produk yang berkulitas dan menyehatkan untuk dikonsumsi. Karena kualitas SDM sangat mempengaruhi pola pikir, cara bicara, dan perilaku yang dipengaruhi oleh unsur unsur gizi dari makanan yang mereka makan,” terangnya.

Diakui Made Subur, untuk kawasan Kecamatan Tabanan, sistem organik sejatinya sudah mulai dicoba di seluruh subak. Hanya saja bertahap diawali dengan kawasan pertanian ramah lingkungan.

Baca juga:  Gubernur Koster Buka "Gerakan Satu Juta Krama Bali Satu Juta Yowana Bali"

Ini dikarenakan berada dekat dengan kasawan perkotaan, sampah nonorganik atau sampah plastik masih menjadi persoalan mewujudkan hal tersebut terlebih dalam hal pengairan. “Untuk di kawasan kecamatan Tabanan memang perlu proses karena sudah lama ditinggalkan, sementara di kawasan pegunungan seperti Jatiluwih sudah bisa mulai diterapkan karena sumber airnya masih jernih,” terangnya.

Made Subur menambahkan dengan semakin banyak yang diajak untuk memperhatikan dan mengingatkan para petani, diharapkan Tabanan sebagai lumbung beras maupun pangan Bali bisa terus bertahan. Termasuk juga ke depan komoditi pangan yang dihasilkan semakin berkualitas dan sehat untuk dikonsumsi. “Apapun bentuk program pemerintah yang bagus, jika tidak masyarakat sebagai penentu arah menyukseskan program tersebut tentu tidak ada artinya. Apalagi mayoritas kita adalah beras, dan organik adalah basik dasar tatanan roh pertanian Bali yang organik yang dilandasi oleh darma pemaculan atau Tri Hita Karana. Tiga unsur ini yang harus diperhatikan,” pungkasnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN