Ilustrasi - Warga berada didepan rumahnya yang terendam banjir bandang di Kecamatan Lasusua, Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, Jumat (18/12/2020). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Sebanyak 12 daerah di Indonesia yang berpotensi mengalami banjir hingga banjir bandang yang dapat digolongkan dalam kategori siaga. Demikian diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG),

“Potensi hujan sedang hingga lebatnya masih cukup tinggi untuk sepekan ke depan. Bila spesifik, ada beberapa daerah yang cukup rentan di mana ada cuaca ekstrem akan berdampak pada bencana,” kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin, dikutip dari Kantor Berita Antara, Jumat (5/11).

Miming menyebutkan untuk periode tiga hari ke depan, berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak, 12 daerah yang berpotensi banjir itu. Yaitu Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah.

Baca juga:  Gempa Tak Cuma Dirasakan di Bandung, Sukabumi hingga Jakarta Juga Terdampak

Banjir dan banjir bandang yang masuk dalam kategori siaga tersebut diprediksi akan terjadi karena kondisi cuaca di beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa hari terakhir menunjukkan peningkatan. Itu dipicu oleh aktifnya dinamika atmosfer skala global La Nina yang menyebabkan kondisi atmosfer di wilayah Indonesia relatif menjadi lebih basah.

Keadaan tersebut turut diperkuat dengan aktivitas dari fenomena gelombang atmosfer MJO (Madden Jullian Oscillation), gelombang Kelvin, gelombang Rossby yang saat ini aktif di wilayah Indonesia hingga sepekan ke depan. Miming menjelaskan MJO dan gelombang Kelvin itu, akan bergerak dari arah Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik melewati Indonesia dengan siklus 30 sampai 40 hari pada MJO, sedangkan pada Kelvin ada pada skala harian.

Baca juga:  Bakal Seru, Pariaman Triathlon 2017 Libatkan Peserta dari Mancanegara

Sebaliknya, gelombang Rossby ikut diduga akan bergerak dari arah Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia. “Ini masih cukup aktif di wilayah Indonesia yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan. Yang tentunya bisa berdampak pada peningkatan cuaca curah hujan tinggi di wilayah Indonesia, terutama di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara seperti itu,” ujarnya.

Menurut Miming, kondisi dinamika atmosfer skala lokal yang tidak stabil dengan potensi konvektifitas yang cukup tinggi, berkontribusi pada pembentukan awan hujan yang menjadi faktor pemicu cuaca ekstrem. Pembentukan awan hujan diprediksi akan membentuk awan berjenis cumulonimbus, sehingga potensi terjadinya hujan lebat dengan intensitas sedang-lebat akan terjadi pada periode sepekan ke depan mulai dari 5 November hingga 11 November 2021.

Baca juga:  Pendapatan Seluruh BUMN Alami Kenaikan

Melihat prediksi ekstremnya hujan yang akan terjadi selama beberapa waktu, Miming meminta agar seluruh masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan akan potensi cuaca tersebut. Ia menyarankan semua pihak memastikan kapasitas dan tata kelola air yang siap menampung peningkatan curah hujan dan memastikan saluran air dan drainase agar mencegah terjadinya sumbatan ketika ada luapan air kubangan.

Selain itu, diharapkan masyarakat terus mengikuti informasi terkini dari BMKG. “Memantau kondisi-kondisi lingkungan yang diidentifikasi bisa menghasilkan bencana bencana seperti banjir maupun longsor dan hal hal-lain yang terkait dengan antisipasi dan mitigasi bencana seperti itu,” kata dia memberikan saran mencegah potensi banjir. (kmb/balipost)

BAGIKAN