Prof Wiku Adisasmito. (BP/Ist)

JAKARTA, BALIPOST.com – Perkembangan penanganan COVID-19 terus mengalami kemajuan. Secara nasional dalam periode 1 – 8 Agustus, angka positivity rate menurun dari sebelumnya 25,81 persen menjadi 23,57 persen.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam Keterangan Pers virtual, Selasa (10/8/2021) mengatakan penambahan kasus positif mingguan juga terus menurun selama 3 minggu berturut-turut atau turun 35% dari puncak penurunan. Sejalan dengan ini, penurunan kasus aktif juga menurun dalam 2 minggu berturut-turut atau turun 17% dari puncak penurunan 2 minggu.

Perkembangan baik juga terjadi pada angka kesembuhan mingguan yang terus naik mencapai 5,54% dari titik terendah 3 minggu. Namun, pada angka kematian pasien, juga harus mendapat perhatian lebih karena terjadi kenaikan sebesar 0,3% dari titik terendah kenaikan 3 minggu. Jika dibandingkan rata-rata tingkat dunia sebesar 2,13%, Indonesia berada di angka hampir 3%.

“Penting untuk diingat penurunan kasus positif mingguan ini harus diikuti dengan penurunan positivity rate serta peningkatan testing,” katanya dikutip dari rilis.

Melihat perkembangan secara nasional dalam periode 1 – 8 Agustus 2021, angka positivity rate menurun dari sebelumnya 25,81% menjadi 23,57%. Angka bed occupancy rate (BOR) atau keterisian tempat tidur juga terus menurun dari 62,68% menjadi 54,35%. Sementara angka testing menunjukkan dari 402,96% menjadi 354,38%.

Meskipun sudah adanya penurunan, pemerintah merasa perlu melanjutkan PPKM Level 2 – 4 dan saat ini sudah memasuki di minggu ke-6. Dikarenakan penurunan kasus saat ini masih lebih tinggi dibandingkan angka kasus sebelum terjadinya lonjakan dengan jumlah berkisar di angka 5 – 7 ribu kasus per hari. Sedangkan saat ini penambahan kasus harian berkisar di angka 20 – 40 ribu kasus per hari.

Baca juga:  Disayangkan, Kepatuhan Terapkan Prokes 3M Alami Penurunan

Dari perkembangan nasional penambahan kasus positif mingguan, data terkini menunjukkan penurunan kasus positif minggu ini dari minggu sebelumnya, sebesar 273.891 menjadi 225.635 kasus atau turun sebesar 48.256 kasus. Melihat lebih rinci perkembangan per provinsi, ada 5 provinsi dengan angka kenaikan tertinggi. Yakni di Nusa Tenggara Timur naik 2.303 kasus, Sulawesi Tengah naik 1.733 kasus, Bangka Belitung naik 982 kasus, Kalimantan Selatan naik 624 kasus dan Sumatera Barat naik 587 kasus.

“Serta yang perlu diperhatikan bahwa kelima provinsi ini berada di luar Pulau Jawa-Bali,” imbuh Wiku.

Untuk kenaikan kasus aktif minggu ini, disumbangkan dari 5 provinsi dengan angka tertinggi mingguan. Yakni Sumatera Utara naik 5.425 kasus, Sulawesi Tengah naik 3.287 kasus, Kalimantan Selatan naik 2.659 kasus, Sumatera Barat naik 1.981 kasus dan Sulawesi Selatan naik 1.786 kasus.

“Kenaikan kasus aktif minggu ini hampir sama dengan penyumbang kasus positif tertinggi, dimana Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan dan Sumatera Barat selain kasus positif juga menyumbang tertinggi kasus aktif,” tegas Wiku.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Alami Kenaikan

Pada sisi lain, kenaikan kesembuhan mingguan menunjukkan ada 5 provinsi dengan angka kenaikan tertinggi. Yakni Banten naik 12,12%, Maluku Utara naik 7,48%, Bengkulu naik 6,54%, Jawa Barat naik 6,01% dan Nusa Tenggara Timur naik 5,89%. Melihat secara nasional, persentase kesembuhan tingkat nasional terus meningkat setelah sempat menurun tajam pada periode lonjakan kasus lalu. Persentase kenaikan minggu ini menjadi 84,4% dari sebelumnya 78,6% saat lonjakan.

Namun sayangnya, kasus kematian belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Dimana masih mengalami kenaikan selama 3 minggu terakhir. Angka kematian tingkat nasional bisa dilihat dengan persentase agar tidak terpengaruh naik turunnya kasus positif. Sedangkan untuk melihat kematian di tingkat provinsi bisa melihat angka kenaikannya, agar bisa menilai provinsi mana yang perlu segera ditangani karena kenaikan kematiannya.

Pada perkembangan kematian mingguan ada 5 provinsi dengan angka kenaikan tertinggi yakni Riau naik 59 kasus, Sumatera Utara naik 49 kasus, Sumatera Selatan naik 45 kasus, Bangka Belitung naik 44 kasus dan Jawa Tengah naik 41 kasus.

“Maka dari itu, selain berfokus penurunan kasus aktif, penurunan kematian juga menjadi fokus utama dalam perpanjangan PPKM ini. Karena kenaikan kematian yang telah berlangsung 3 Minggu berturut-turut ini, kita telah kehilangan 24.496 nyawa dengan rata-rata kematian diatas 1000 orang per hari,” lanjutnya.

Baca juga:  Bayi Laki-laki Ditemukan di Semak-semak

Untuk itu fokus penanganan saat ini perlu ditekankan di semua provinsi termasuk yang ada di luar Jawa-Bali. Untuk provinsi yang saat ini kenaikan kasusnya sangat tinggi, dimohon pada gubernur, bupati dan walikota setempat segera bergerak mengantisipasi mempersiapkan fasilitas kesehatan. Para kepala daerah juga harus bisa membaca data dan segera menindaklanjuti adanya perkembangan yang kurang baik.

Sebagai contoh, apabila kenaikan angka positif, kepala daerah harus segera mengamati angka ketersediaan tempat tidur di rumah sakit. Agar ketersediaan kapasitas tempat tidur di rumah sakit terus dipantau dan dapat melayani pasien positif COVID-19.

“Dan kemampuan pemerintah daerah dalam membaca data sangat penting Dalam penanganan Covid-19,” tegas Wiku.

Pemerintah daerah diminta bersungguh-sungguh menekan angka kematian dengan terus menekan ketersediaan tempat tidur, mencukupi obat-obatan, ventilator dan alat kesehatan lainnya di rumah sakit rujukan COVID-19. Dan dengan menurunnya angka BOR, harusnya bisa menekan kematian pasien secara maksimal karena pasien yang butuh rumah sakit juga menurun.

Lalu bagi masyarakat yang menjalani isolasi mandiri harus dikontrol melalui posko desa/kelurahan hingga ke tingkat terkecil tingkat RT/RW. “Agar tidak terlambat ditangani dan pasien yang tidak memungkinkan isolasi mandiri  di rumah segera dirujuk ke rumah sakit. Mengingat saat ini tingkat BOR menurun,” pungkas Wiku. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *