Tim sepak bola putri Bali pada Piala Pertiwi, di Palembang. (BP/Nel)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Bali tercatat pernah mengirimkan tim sepak bola putri ke level nasional pada Piala Pertiwi, yang diselenggarakan di Palembang, Sumsel, pada 2017. Alhasil, Bali menempati posisi peringkat keenam dari total pesertanya 14 provinsi. Kini saatnya sepak bola putri Bali untuk bangkit lagi ke level nasional.

Salah seorang ofisial tim Bali saat berlaga ke Palembang, I Gusti Agung Putu Nuaba menerangkan, saatnya Bali melakukan pembinaan sepak bola putri. ia membandingkan provinsi terdekat seperti NTB memiliki 11 SSB yang khusus melatih pesepak bola putri. “Sebaliknya hingga kini di Bali belum ada SSB putri,” sebut Agung Nuaba, di Badung, Minggu (25/4).

Baca juga:  Laga Putaran Nasional Perseden di Gresik

Ia pun prihatin terhadap kondisi ini. Untuk itu, pihaknya akan melakukan pengenalan sepak bola putri ke seluruh kabupaten dan kota se-Bali. “Saya akan memperkenalkan sepak bola putri mulai dari ujung Barat Bali, persisnya di Jembrana,” terangnya. Selanjutnya, Agung Nuaba berharap tiap kabupaten dan kota memiliki SSB yang khusus melatih pesepak bola putri.

Agung Nuaba juga mengagendakan turnamen Piala Kartini, kemudian membentuk skuad tim Bali guna berlaga ke level nasional Piala Pertiwi. “Selama ini untuk tim pro seperti Bali United, juga harus memiliki tim sepak bola putri,” jelasnya. Bahkan, lanjut dia, berdasarkan hasil rapat virtual PSSI, juga diputuskan tim Liga 2 termasuk Liga 3 harus memiliki tim sepak bola putri.

Baca juga:  Harga Kedelai Melonjak, Usaha Pembuatan Tempe dan Tahu Makin Tertekan

Ia mengakui, perkembangan sepak bola putri di berbagai provinsi tergolong pesat. Agung Nuaba malah mengusulkan supaya pembinaan berikut kompetisi antara sepak bola putra dan putri dipisahkan. Penyebabnya, selama ini jika tim kontestan liga prestasi sepak bola putranya jeblok dan terdegradasi, maka otomatis tim putrinya juga degradasi.

“Padahal semestinya kan tidak begitu. Jika prestasi sepak bola putri lumayan dan tetap bertahan, tidak harus terdegradasi mengikuti tim putranya,” papar dia. Yang perlu digarisbawahi, masa bertanding pesepak bola putri agak pendek, sebab mereka harus berumah tangga dan punya momongan. Hal ini tentu berbeda jika dibandingkan pesepak bola putra, meskipun sudah berumah tangga tetap masih bisa merumput.

Baca juga:  Napi Karangasem Kendalikan Sindikat Narkoba

Oleh sebab itu, Agung Nuaba berkesimpulan, upaya menjaring bakat dan talenta pesepak bola putri dimulai dari siswi SMP. “Kami akan membangkitkan kembali sepak bola putri, melibatkan Askab dan Askot PSSI se-Bali, berikut Disdikpora,” tuturnya. (Daniel Fajry/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *