Tim cricket putri Bali berjaya di nomor twenty-twenty, pada Piala Kartini di Lapangan Kampus Unud Bukit, Jimbaran, 4-11 April. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Tim cricket putri Bali keluar sebagai juara, dalam turnamen twenty-twenty memperebutkan Piala Kartini di Lapangan Kampus Unud Bukit, Jimbaran, Badung, pada 4-11 April. Sementara juara II direbut tim DKI dan juara III Sulsel.

Kendati Bali keluar sebagai juara umum, namun tim Ibu Kota dan Sulsel, termasuk Kaltim menjadi ancaman serius bagi Ni Wayan Sariani dan kawan-kawan saat berlaga pada ajang resmi PON Papua, Oktober mendatang.

Binpres Pengprov PCI Bali Soni Hawoe, di Badung, Senin (12/4) mengemukakan, meskipun tim putri Bali juara, tetapi dari segi fisik dan stamina belum menjamin. “Dari segi teknik tim cricket putri Bali yang diperkuat Nanda Sakarini dan Ni Wayan Sariani cukup unggul,” ungkapnya.

Baca juga:  Papua dan Banten Rival Bali di PON

Akan tetapi, kata Soni, jangka waktu yang mepet ini hingga menjelang pelaksanaan PON, tim kompetitor seperti DKI, Sulsel dan Kaltim tak bisa dipandang sebelah mata. “Pasalnya, tim DKI, Sulsel dan Kaltim ini melaksanakan program dan latihan rutin jangka panjang, berikut penggenjotan fisik dan kebugaran tubuh,” tuturnya.

Sementara, pemain cricket Bali kurang fokus berlatih. Bahkan, sebagian dari mereka kurang konsentrasi latihan, karena mereka juga sambil bekerja. “Sisa waktu yang singkat ini anak-anak perlu latihan rutin fisik dan stamina, agar mereka bisa tampil prima. Apalagi saat anak-anak bertanding di Papua, cuaca yang panas dikhawatirkan bakal menguras stamina,” jelasnya.

Baca juga:  Tinggal di KRB III, Pengungsi Gunung Agung Nekat Pulang Urus Ternak

Soni mengakui, untuk tim putra Bali yang harus puas menduduki runner up di bawah tim DKI. Tim putra cricket Bali yang turun di nomor sixes harus mengakui ketangguhan tim Ibu Kota. “Kami akui anak-anak merasa capek dan kelelahan, sebab kehabisan stamina,” keluhnya.

Soni memaklumi kondisi ini, mengingat sebelum bertanding malam harinya mereka bekerja menjadi ojek online (ojol). “Anak-anak ini selain sebagai pemain cricket, juga menjadi tulang punggung keluarga,” cetus Soni yang juga Bidang Pertandingan Cricket di PON Papua.

Baca juga:  Sasar Wisatawan Perempuan Jambret Diringkus Polisi

Menurut dia, selama ini atlet Bali hanya latihan mandiri. Ia prihatin terhadap nasib pemain cricket Bali. Alasannya, mereka dituntut harus berprestasi, namun di sisi lain para atlet juga menjadi tumpuan hidup keluarga.

Sedangkan pemain provinsi lain seperti DKI dan Kaltim mereka tinggal fokus berlatih. “Dana berikut peralatan cricket atlet provinsi lain telah disiapkan,” bebernya. (Daniel Fajry/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *