Gubernur Bali, Wayan Koster meresmikan Pasar Banyuasri. (BP/Istimewa)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Gubernur Bali, Wayan Koster bersama Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana meresmikan Pasar Banyuasri berkonsep Tradisional dan Modern yang ditandai dengan penandatanganan prasasti pada, Selasa, Anggara, Kliwon Juluwangi, (30/3). Peresmian Pasar Banyuasri yang dilakukan Gubernur Bali dan Bupati Buleleng merupakan hadiah untuk Kota Singaraja yang sedang merayakan HUT ke-417.

Acara peresmian ini juga dihadiri oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho, Wakil Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, Ketua DPRD Buleleng, Gede Supriatna, Kepala Kejaksaan Negeri Buleleng, I Putu Gede Astawa, Direktur Utama Bank BPD Bali, I Nyoman Sudharma dan Rektor Undiksha, Prof I Nyoman Jampel.

Peresmian Pasar Banyuasri sekaligus menjadi momentum untuk membangkitkan ekonomi kerakyatan di Kabupaten Buleleng. “Saya apresiasi upaya Bupati Buleleng telah membangun Pasar Banyuasri. Sejak saya kecil, pasar ini sudah ada di Buleleng, namun kondisinya tidak teratur. Sehingga baru sekarang saya bisa melihat pasar ini berdiri megah dengan konsep desain arsitektur Bali yang bagus,” ujar Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini seraya mengatakan Pasar Banyuasri adalah kebanggaan masyarakat Buleleng dan Bali.

Baca juga:  Dipuji Presiden Jokowi di BRI Microfinance Outlook, Ini Kisah Inspiratif UMKM Naik Kelas “Mama Muda”

Untuk itu, Gubernur Koster yang juga menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini meminta kepada Pemerintah Kabupaten Buleleng agar menjadikan Pasar Banyuasri sebagai lokomotif ekonomi masyarakat dari hulu sampai hilir dengan menerapkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali. Selain itu, ia meminta setiap produk lokal yang dijual kepada konsumen harus memiliki kualitas dengan tampilan kemasan yang modern, ditata dengan baik, dan memiliki standar harga tetap.

Sehingga tidak ada lagi cara tawar menawar. Ini merupakan solusi untuk menertibkan harga di pasaran dengan catatan tetap menguntungkan para pedagang lokal.

“Buleleng ini merupakan sentra pertanian terbesar di Bali, banyak produk lokal khas Buleleng ada di sini. Mulai dari anggur, kopi, mangga, manggis, rambutan, hingga durian. Tidak hanya pertanian, namun potensi kelautannya juga melimpah dan perlu dikembangkan. Saya harap Anggur di Gerokgak itu harus dikelola dengan menciptakan industri olahan, supaya nilai ekonomi masyarakat lokal Buleleng terus berkelanjutan,” jelas Koster yang telah menerbitkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali ini.

Baca juga:  Lansia Lakukan Pencabulan, Sempat Merayu Korban Tapi Ditolak

Wayan Koster meluangkan waktunya membeli buah lokal, dodol penglatan, jajan gambir, kopi banyuatis dan gula aren pedawa yang dikemas secara modern di Pasar Banyuasri. Lebih lanjut membeberkan bahwa usai Pandemi Covid-19 berakhir, ia akan mewujudkan sistem perekonomian Bali yang kuat di masa depan dengan menyeimbangkan struktur perekonomian Bali antara pertanian, kelautan, industri kerajinan rakyat yang berbasis kearifan lokal dengan pariwisata.

Hal ini dilakukannya untuk mewujudkan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru sesuai dengan prinsip Trisakti Bung Karno yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Sebagai penutup, mantan Anggota DPR-RI 3 Periode ini menegaskan agar Pasar Banyuasri dikelola dengan baik dan bersih, sehingga bisa juga dijadikan destinasi pariwisata. “Saya minta kepada Bupati Buleleng, khususnya pengelola pasar agar menjadikan pasar ini sebagai pasar yang bersih, rapi, tertib dan disiplin dengan membatasi penggunaan plastik sekali pakai sesuai Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai dan sesuai Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber,” tegas Wayan Koster dihadapan Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana.

Baca juga:  Busana Adat dan Endek Bali Jadi Media Promosi Pariwisata di Ajang KTT G20

Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan Pasar Banyuasri dibangun dengan konsep gotong royong dengan dana Rp 175 miliar bersumber dari APBD Pemkab Buleleng Rp 100 miliar, APBD Provinsi Bali sebanyak Rp 50 milyar, dan Pemerintah Kabupaten Badung Rp 25 miliar.
“Saya mengucapkan terimakasih kasih banyak atas terwujudnya pasar ini dan berjanji akan menghadirkan produk lokal khas Buleleng sebagai implementasi dari Pergub Bali Nomor 99 Tahun 2018,” jelas Bupati Buleleng 2 periode ini.

Sedangkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho dalam sambutannya menyampaikan Pasar Banyuasri merupakan pasar paling megah dan The Biggest Market in Bali. “Pasar yang bernuansa tradisional modern ini juga telah menerapkan digitalisasi pembayaran berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Sehingga di masa pandemi, digitalisasi pembayaran berbasis QRIS menjadi hal penting yang harus dilakukan sebagai salah satu upaya menerapkan protokol kesehatan,” pungkasnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *