Dr. Dra. A.A. Gede Oka Wisnumurti, M.Si. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Hampir setahun sistem dunia pendidikan terdampak pandemi Covid-19. Tantangan berat pun dirasakan oleh semua satuan pendidikan, terlebih bagi perguruan tinggi (PT) swasta.

Tidak hanya masalah kondisi keuangan yang berasal dari mahasiswa, tetapi tantangan berat juga dirasakan dalam rangka penerimaan mahasiswa baru Tahun Akademik 2021/2022 ini yang semakin ketat bersaing dengan perguruan tinggi negeri (PTN). Ketua Asosiasi Badan Penyelenggara Perdidikan Tinggi Swasta Indonesia (BP-PTSI) Provinsi Bali, Dr. Drs. A.A. Gede Oka Wisnumurti, M.Si. mengaku prihatin terhadap situasi dan kondisi pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan trend penurunan yang berdampak di semua sektor kehidupan.

Baca juga:  Dua Zona Merah Ini Laporkan Tambahan Pasien COVID-19 Sembuh Terbanyak

Tidak hanya di sektor kesehatan, tetapi juga di sektor ekonomi, sosial, bahkan psikologi masyarakat. Hal ini pun berdampak kepada PT. Terutama dari segi jumlah penerimaan mahasiswa baru. “Animo masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di perguruan tinggi menurun,” kata Oka Wisnumurti, Rabu (17/2).

Kendati demikian, kata dia, PTS di Bali tidak pernah menyerah memberikan pelayanan terbaik dan berkualitas kepada mahasiswanya. Apalagi, Tri Dharma Perguruan Tinggi tetap berjalan, meskipun sistem yang digunakan berbeda. “Saatnya sekarang perguruan tinggi melakukan terobosan dan berkontribusi di tengah-tengah pandemi Covid-19 ini. Bagaimana perguruan tinggi mampu menjaga kualitasnya untuk bisa menghasilkan lulusan yang berkualitas pula,” tegasnya.

Baca juga:  Siswa Pengungsi Membludak, Bupati Suwirta Suwirta Upayakan Kenyamanan Belajar

Ketua Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali ini mengatakan, di tengah-tengah pandemi Covid-19 sangat penting bagi PT untuk melakukan penyesuaian proses internal kampus. Sistem yang digunakan yaitu berbasis teknologi informasi. Sebab, proses pembelajaran saat ini dilakukan secara daring (online).

Oleh karena itu, dukungan teknologi informasi di PT harus diperkuat. “Saya lihat proses transformasi pengetahuan melalui daring tidak kalah menariknya dibanding dengan offline. Karena kalau kita sekarang sudah terbiasa dengan pola daring, justru menurut saya kualitas transformasi pengetahuan akan lebih bagus, karena dosen harus mempersiapkan materi, kemudian mahasiswa juga pro aktif berinteraksi,” katanya.

Baca juga:  AS Berencana Buka Kembali Sekolah, Orangtua Hadapi Dilema

Sementara itu, proses akademik yang mengharuskan mahasiswa praktik secara langsung juga diatur sedemikian rupa. Mereka dibagi dalam bentuk shift dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan yang ketat. Sehingga, skill dan softskill mahasiswa tetap bisa didapatkan selama menempuh pendidikan di PT. “Apapun tantangannya, kalau komitmen kita kuat untuk meningkatkan sumber daya manusia pasti bisa,” tegasnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *