Albertha Dwi Setyorini dan Ari Yuniarso. (BP/Istimewa)

Oleh Albertha Dwi Setyorini, Ari Yuniarso

Pada artikel kali ini penulis akan membahas sesuatu yang menarik loh!.. Wah apa itu? Pasti  penasaran kan? Yuk mari kita simak pembahasan mengenai health tourism.

Dari sekian banyak keterpurukan di sektor industri akibat pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia, pariwisata menjadi sektor yang paling terdampak kuat akibat pandemi Covid-19 yang kemudian berefek domino ke sektor lain. Data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyebutkan kerugian pariwisata per Oktober 2020 adalah sebesar US$1,5 miliar atau sekitar 21 triliun.

Berdasarkan pada kondisi tersebut, dibutuhkan strategi tepat untuk bisa memulihkan dan menggerakkan roda perekonomian khususnya di sektor pariwisata. Konsep baru dalam pariwisata yang mengintegrasikan berwisata aman dengan mengutamakan kesehatan diyakini menjadi salah satu solusi untuk mendorong bangkitnya perekonomian lokal.

Konsep ini menjadi salah satu alternatif wisata yang sangat bisa dikembangkan di masa pandemi seperti saat ini . Bahkan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan siap menggarap health tourism untuk membangkitkan kembali pariwisata pascapandemi covid-19. Kegiatan berwisata juga harus menjalankan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) yang akan menjadi kebutuhan wisatawan saat ini.

Health tourism, mungkin istilah tersebut masih terdengar asing jika dibandingkan konsep lain, seperti pariwisata budaya atau pariwisata berkelanjutan. Lalu apa sih sebenarnya yang menjadi arti dari health tourism tersebut?.

Baca juga:  Memutus Mata Rantai Bencana

Menurut para ahli, health tourism dikategorikan menjadi illness prevention tourism dan spa/convalensce tourism, yang di dalamnya terkategori menjadi jasa kesehatan dan jasa kebugaran, dimana health tourism dapat diartikan sebagai pariwisata kesehatan berupa perjalanan untuk pemeliharaan dan atau pemulihan kesehatan yang pada hakekatnya dilakukan oleh orang yang sehat, tidak menderita suatu penyakit, atau orang yang baru sembuh dari perawatan.

Jadi health tourism tidak hanya berupa kegiatan fisik, tetapi kegiatan yang mengkombinasikan antara kegiatan fisik, psikologi dan spiritual sehingga diperoleh keseimbangan antara kesehatan fisik, psikologi dan spiritual.

Pada era sekarang ini, kegiatan dari health tourism sudah banyak ditemukan. Salah satu contoh wisata health tourism yaitu dengan melakukan spa, yoga, dan meditasi untuk menjaga kesehatan mental dan pikiran.

Sejauh ini, untuk perkembangan health tourism belum banyak disadari sebagai potensi bisnis yang sangat potensial di Indonesia, padahal Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan health tourism tersebut. Sebagian besar masyarakat Indonesia, untuk bahan penyembuhan dan relaksasi (rejuvenate) yang bersifat holistic melalui penggunaan rempah-rempah, bumbu-bumbuan dan tumbuh-tumbuhan seperti padi, kelapa, jahe dan lain-lainnya yang tentu saja sudah menjadi kebiasaan turun temurun dan sebagian telah dikemas menjadi industri SPA, dan dalam dekade terakhir industri SPA and wellness ini berkembang sangat cepat dan menghasilkan pendapatan cukup tinggi.

Baca juga:  Tumpek Landep, "Otonan Idep" Bukan Motor

Jika manusia masih memiliki rasa untuk “self-responsibility”, dapat dipastikan akan membutuhkan jasa health tourism. Produk dari health tourism dapat dikategorikan pada beberapa kelompok yakni; mind mental activity/education, health nutrion/diet, body physical fitness/beauty care, dan relaxation rest/meditation.

Wah ternyata wisata tidak hanya untuk bersenang-senang saja. Namun, dalam berwisata tetap bisa menjaga bahkan meningkatkan kondisi kesehatan.

Strategi yang bisa dilakukan pelaku industri pariwisata pada saat ini antara lain :

1. Membuat branding strategi yang baru, misalnya “No Worries of Corona, Enjoy Your Holiday.”, “Keep Traveling and Stay Healthy.”
2. Menggunakan media sosial untuk melakukan promosi secara masif, misalnya lewat Instagram, Twiter dan Facebook.
3. Melakukan promosi safety and health of tourism ke wisatawan domestik dan internasional.
4. Mendukung para pelaku / stakeholder pariwisata dalam industri pariwisata misalnya pemerintah dan perbankan memberikan relaksasi pinjaman bank, keringanan retribusi pajak pemerintah daerah. dll
5. Menguatkan SOP mitigasi pariwisata (wabah penyakit dan bencana alam). Indonesia adalah negara prone to disasters artinya kita dekat dengan keadaan bencana alam sewaktu-waktu seperti gunung berapi meletus, longsor, banjir, atau bencana non-alam seperti wabah pandemi Covid-19 seperti saat ini.
6. Prioritas wisata ekoturisme (memadukan alam dan budaya) dibanding mass tourism. Karena orang akan lebih selektif memilih wisata yang bersifat privat dibanding secara group tour dan menghindari tour massal.

Baca juga:  Perekonomian Bali Menyusut -1,14 Persen, Pertanda Apa?

Keberadaan health tourism adalah sebuah peluang dan kekuatan untuk menambahkan daya saing sektor pariwisata sebagai sebuah destinasi pariwisata. Bisnis health tourism ini merupakan kesempatan nyata untuk mengambil sebuah keuntungan, dan menciptakan prospek pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Selanjutnya, ada tiga hal yang harus diperhatikan industri pariwisata di tempat tujuan atau tempat lokasi wisata itu berada yakni :

1. Memperhatikan protokol kesehatan yang bersifat wajib atau mandatory dan menjaga kebersihan lokasi wisata.
2. Menjaga keselamatan dan keamanan (sistem mitigasi diperkuat baik bencana alam dan non-bencana alam seperti wabah penyakit).
3. Menjaga kenyamanan (hospitality), melakukan pembangunan infrastruktur dasar misalnya jalan dan jembatan di tempat wisata.

Pada akhirnya kita menuju ke new discourse of tourism serta diharap bisa memulihkan ekonomi pariwisata kita ke depan dengan tujuan akhirnya yakni kesejahteraan masyarakat.

Demikian artikel ini dibuat untuk pengembangan pariwisata yang berkelanjutan berbasis wisata sehat pascapandemi COVID-19.

Penulis, mahasiswa Program Doktor, Konsentrasi Service Management, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *