Suasana pembukaan Bulan Bahasa Bali ke-3, Senin (1/2). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pagelaran Bulan Bahasa Bali tahun 2021 telah dibuka oleh Gubernur Bali, Wayan Koster, Senin (1/2) malam. Untuk Bulan Bahasa Bali 2021 ini, Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali menyelenggarakan Prasara (pameran) bertajuk “Prasikala Nukilan Taru Mahottama” di Gedung pameran Kriya Hall Art Center, Taman Budaya Provinsi Bali, dengan ruang dan properti pameran berbahan alam yang kontekstual dengan lontar.

Prasara yang berlangsung sebulan penuh (1-28 Februari 2021) ini pasti menarik, karena seniman yang terlibat dari lintas generasi berjumlah 60 orang. Terdapat 89 karya lontar prasi yang dipamerkan. “Ini merupakan pameran seni prasi terbesar dan terlengkap di Bali. Pameran juga dilengkapi dengan tayangan video pameran virtual yang disebar melalui media sosial. Jadi masyarakat dapat menyaksikan pameran ini dengan protokol kesehatan (Prokes) Covid-19 dan melalui media virtual kanal Youtube Disbud Prov Bali,” ujar Kadisbud Bali, Wayan “Kun” Adnyana.

Baca juga:  Sejumlah Negara akan Jemput Warganya di Bali

Kurator I Wayan Sujana Suklu mengatakan, koleksi Taman Budaya dan Pusat Dokumentasi Lontar Disbud Provinsi Bali juga dihadirkan dalam Prasara ini. Selain menampilkan lontar prasi yang terus mengalami perkembangan bentuk,  tema, dan perlakuan medium, juga menghadirkan dua karya instalasi berjudul “Taru Manah” karya Made Ruta dan “Pula Kerti Anyar” karya Made Suparta.

Kedua karya ini menggunakan daun ental sebagai elemen utama. Sementara “Megibung” adalah karya partisipatori pemirsa yang berkesempatan berkarya di ruang pameran, disediakan tiga site sebagai tempat pemajangan karya bersama.

Baca juga:  Bulan Bahasa Bali Sebulan, Dimulai Awal Februari

Selain itu, tiga generasi mewakili zamannya tampil bersama pada perhelatan prasara prasikala ini. Salah satunya, Gusti Bagus Sudiasta dari Bungkulan Buleleng. Selain sebagai penekun lontar prasi, ia juga seorang dalang, penembang, pembuat tapel (topeng), dan keterampilan lainnya yang dibutuhkan dalam adat dan budaya Bali.

Selanjutnya hadir karya Wayan Mudita Adnyana dari Tenganan, Karangasem. Selain sebagai perupa lontar prasi, ia juga  seorang dalang, penembang, dan pemusik gender yang handal.

Prasara kali ini, juga menghadirkan perupa generasi baru, yang sebagian besar perupa akademis mengembangkan gagasan-gagasannya dalam upaya menjawab tantangan masa kini. Mereka melihat tradisi sebagai sejarah yang terus berkembang.

Eksplorasi ide-ide dan keterampilan dalam menaklukkan material dan teknik terus dikembangkan, sehingga menemukan bahasa ekspresi lebih dinamis dengan meminjam pola lontar prasi.

Baca juga:  Bulan Bahasa Bali Dimeriahkan Lomba Mewarnai

Komunitas pengembang lontar prasi yakni, Komunitas Operasi. 14 anggotanya anak-anak muda energik dari alumnus Undiksha dan “Komunitas Amarasi” beranggotakan mahasiswa DKV FSRD ISI Denpasar.

Sementara perupa lebih senior, Made Ruta dan Made Suparta menampilkan karya instalasi, daun ental bukanlah media ruang ilusi, daun ental dijadikan objek menjalar di ruang-ruang kongkrit, membangun penanda-penanda baru terhadap ruang.

Suklu yang juga Dosen ISI Denpasar ini menegaskan, Prasara “Prasikala Taru Mahottama” berambisi mengadirkan raga lontar prasi Bali yang mengalami dinamika dari musim ke musim. Cara pandang,  sikap, dan kerja kreatif seniman yang  beragam menunjukkan artikulasi sangat kaya yang tetap mengacu pada tradisi dan budaya masa lalu. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *