AMLAPURA, BALIPOST.com – Sejumlah sekolah di Bali sudah siap melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) Covid-19 secara ketat, pada Januari 2021. Salah satunya, SMPN SATAP Baturinggit, Kubu Karangasem.

‘’Rencana untuk pembelajaran tatap muka akan kami jalankan sesuai surat edaran empat menteri. Orangtua siswa sudah mengizinkan untuk mengadakan pembelajaran tatap muka,’’ ujar Kepala SMPN SATAP Baturinggit, Kubu Karangasem, Dra.Ni Luh Putu Srie Melani, M.Pd., Minggu (20/12).

Kata lulusan S2 Undiksha Singaraja ini, saat pembelajaran tatap muka, rencananya setiap kelas hanya diisi oleh 18-20 siswa, dengan waktu 40 menit x 4 mata pelajaran. Saat PTM, tidak ada jeda istirahat. Siswa hadir ke sekolah secara bergilir.

Kantin sekolah tidak dibuka. Siswa diizinkan membawa air minum dan makanan kecil untuk jaga-jaga kalau mereka haus atau lapar.

Baca juga:  Banyak WNA Terjaring Tak Pakai Masker, Mereka Beralasan Ini

Mereka tetap dihimbau ke sekolah harus sudah makan dan siap belajar. Ini dilakukan agar sekolah tidak menjadi klaster penularan Covid-19.

Dikatakan, selama ini sekolah yang dipimpinnya tidak bisa melaksanakan pembelajaran full daring karena kendala sinyal internet. Sebab, sebagian besar siswanya berdomisili di daerah pedalaman dekat gunung, yang hampir tidak ada jaringan telepon.

“Siswa kami hampir semuanya tinggal di daerah pegunungan. Karena itu kami hampir tidak bisa memberi pelajaran lewat daring. Hanya beberapa informasi yang bisa disebarkan lewat WA atau massenger,” kata Melani.

Disampaikan, karena hampir 30 persen siswanya tidak mempunyai HP, otomatis materi pendidikan disampaikan lewat luring. Siswa bergiliran ke sekolah maksimal 25 orang untuk mengambil materi pelajaran.

Baca juga:  Menjaga Ekosistem Seni pada Masa Pandemi

Tugas-tugas sekolah juga dikumpulkan lewat luring. Materi hanya dishare lewat WA. Tetapi sering terjadi miskomunikasi. Siswa banyak yang tidak mengerti.

Hanya 40 persen mengirim hasil pekerjaan rumahnya lewat WA. Akhirnya sekolah terpaksa melakukan kunjungan rumah ke beberapa siswa , minta izin agar bisa mengikuti pelajaran lewat luring dengan jumlah dan waktu yang maksimal. “Kendala lain, siswa juga susah dihubungi karena kendala quota pulsa. Tidak semua anak yang kita usulkan mendapat bantuan pulsa gratis. Selain itu, banyak orangtua tidak mampu membelikan anaknya pulsa paket, karena kebanyakan mata pencahariannya sebagai petani,’’ tegasnya.

Kendati demikian, sekolah tetap masih bisa memberikan penilaian tengah semester (PTS) dan penilaian akhir semester (PAS). Soal-soal dibuat oleh guru mata pelajaran masing-masing sesuai materi yang sudah diberikan.

Baca juga:  Petahana Dinilai Tak Terlalu Kuat, Koster Sebut Dana-Dipa Berpeluang Menang

Soal PAS yang biasanya dibuat oleh MGMP, tapi dalam situasi BDR (belajar dari rumah) soal-soal dibuat oleh guru mapel di sekolah.

Sementara itu terkait pandemi Covid-19, pihak sekolah selalu menghimbau siswa agar mengikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai penularan virus Corona. Siswanya juga diwanti-wanti, kalau ada yang bepergian ke luar dan menginap, sampai di rumah diharapkan agar mau mengkarantina diri dulu.

Begitu juga kalau ada siswa atau keluarga yang sakit siswa juga diharapkan tidak ke sekolah. Pemerintah mengizinkan sekolah dibuka tetapi tidak wajib, itu tergantung orang tua siswa. (Subrata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *