Prosesi pengarakan bade Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung dilakukan dengan prokes ketat, Jumat (8/10). (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Setelah prosesi awal yang dilakukan di Griya Keniten, upacara palebon Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung, sulinggih dari Griya Keniten, Desa Sanur Kaja, Kecamatan Denpasar Selatan, dilakukan tepat tengah hari, Jumat (8/10). Arak-arakan menuju pebasmian (tempat pembakaran jenazah) di sekitar Pantai Matahai Terbit, Sanur, dilakukan dengan protokol kesehatan (prokes) ketat.

Prosesi pelebon yang disertai pengarakan sarana lembu putih dan padmasana diawasi langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Putra ketiga Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung, Ida Bagus Agung Partha Adnyana, mengatakan kedatangan pihak Kemenkes untuk mengawasi langsung penerapan protokol kesehatan saat prosesi palebon.

Terutama ritual pengarakan lembu putih dan padmasana menuju Setra Desa Adat Sanur. Saat pengarakan, Jalan By Pass Ngurah Rai, Sanur sudah ditutup. Terutama di perempatan menuju ke Bali Beach.

Ritual ini akan diawali prosesi pengarakan lembu putih setinggi 10 meter dan padmasana setinggi 16 meter. Saat ngalelet (memandikan jenazah) dilakukan swab antigen. “Saat hari “H” juga, dilakukan swab antigen. Kami dibantu dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar untuk swab antigen ini,” katanya.

Baca juga:  Langgar Keimigrasian, Warga Jepang Didenda Rp 15 Juta

Upacara besar ini juga akan menjadi contoh penerapan prokes. “Kalau dijalankan secara benar maka akan menjadi semacam contohlah. Baik buat Bali ke depannya. Pandemi ini belum selesai, maka kita mesti taat prokes. Berapa panitia inti, berapa yang boleh datang dan sebagainya,” ujarnya.

Pengarakan lembu putih dan padmasana hanya melibatkan puluhan krama. Maka, disiasati dengan pakai roda. Jika tanpa roda, lembu setinggi 10 meter dan padmasana setinggi 16 meter tersebut dipastikan memerlukan tenaga ratusan orang.

Dengan pemasangan roda, tenaga yang diperlukan bisa dikurangi jadi sepertiga saja. Pengarakan dengan roda bukan merupakan hal baru bagi masyarakat Bali. Penerapannya sudah dilakukan sejak lama. Terutama dalam acara ritual Pitra Yadnya.

Dalam prosesi palebon hanya diikuti pihak keluarga inti. Sementara masyarakat diharapkan tidak terlalu banyak menonton.

Lanjut Partha, pihak keluarga sudah berkoordinasi dengan kepolisian. Termasuk pengamanan serta penutupan jalan. ‘’Kami berharap semuanya berjalan lancar dengan protokol kesehatan yang ketat. Kita harapkan tidak lantas muncul kluster baru penularan Covid-19,’’ katanya.

Palebon Ida Padenda Nabe Gede Dwija Ngenjung sempat direncanakan digelar Agustus 2021. Namun, karena situasi pandemi COVID-19, ditunda dan diputuskan Jumat (8/10) ini.

Baca juga:  KONI Gianyar Gelar Musorkab 29 Agustus

Ida Pedanda Nabe sendiri sebelumnya lebar (meninggal) pada 28 Maret 2021 lalu dalam usia 87 tahun. Serangkaian dengan palebon Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung pada Rabu (6/10) telah digelar prosesi manah toya ning.

Prosesi ini dilaksanakan di Pura Belatri, di kawasan Pantai Matahari Terbit, Sanur. Setelah prosesi manah toya kemudian dilanjutkan dengan prosesi pangaskaraan dan juga ngajum.

Kegiatan ini dimulai sejak pagi yang diawali dengan mapeed atau iring-iringan dari griya menuju ke Pura Belatri. Ratusan pengayah terlibat dalam kegiatan ini dan digelar dengan protokol kesehatan yang ketat.

Sebelum digelar prosesi ini, pada 12 September 2021 lalu telah pula digelar upacara malelet. *da Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung menghembuskan napas terakhir di Griya Gede Keniten, Jalan Hang Tuah Nomor 19 Sanur, 28 Maret 2021.

Saat lebar, almarhum didampingi oleh sang istri yakni Ida Pedanda Istri, anak-anak, menantu, dan para cucu. Sulinggih kelahiran 26 Mei 1934 ini berpulang buat selamanya dengan meninggalkan seorang istri dan 4 putra yakni Ida Bagus Ngurah Agung Kumbayana, Ida Bagus Gede Agung Sidharta Putra, Ida Bagus Agung Partha Adnyana dan Ida Bagus Agung Awatara Putra. Dari keempat putranya itu, almarhum dikaruniai 15 orang cucu.

Baca juga:  Bukan 1 April, Ini Jadwal Dimulainya Pelayanan GeNose di Bandara Ngurah Rai

Menjadi sulinggih sejak 21 September 2009, sewaktu walaka Ida Pedanda Nabe bernama Ida Bagus Tjethana Putra BSc. Dia memiliki peran penting sebagai pioner bidang pariwisata.

Sebelum jadi sulinggih, almarhum aktif dalam berbagai organisasi, seperti PHRI Bali, Kadin Bali, PATA Bali, Apindo Bali, dan Lions Club International dan sebagainya. Almarhum sempat menjadi Ketua PHRI Bali 1985-1995 dan Ketua Lions Club Bali 1994-1995.

Sempat bekerja di Hotel Bali Beach (1965-1972), almarhum kemudian merintis usaha Hotel Santrian Beach Cottages (1972) yang menjadi cikal bakal Griya Santrian dan selanjutnya berkembang menjadi lini bisnis pariwisata Santrian Group. Selain Griya Santrian, grup ini juga memiliki Puri Santrian Resort, The Royal Santrian Luxury Beach Villas, dan lainnya. Ida Pedanda Nabe juga menjadi salah satu penggagas berdirinya Yayasan Pembangunan Sanur (YPS). (Kadek Herry/BTN)

BAGIKAN