Beberapa ekor babi milik warga Bangli yang diternakkan di dalam kandang. (BP/dok)

BANGLI, BALIPOST.com – Dinas Pertanian, Ketahann Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli mencatat sejak pertengahan Mei lalu sudah tidak ada lagi laporan kasus kematian babi secara mendadak. Berbeda dengan bulan sebelumnya, kasus kematian babi yang dicurigai akibat terjangkit virus, cukup tinggi mencapai belasan ekor per hari.

Sebagaimana yang dikatakan Kepala Dinas PKP Kabupaten Bangli I Wayan Sarma, kasus kematian babi dengan gejala mengarah terjangkit virus mulai banyak terjadi dari Januari 2020. Kasus tertinggi terjadi di bulan Februari sampai April. “Kemudian sejak pertengahan Mei, sudah tidak ada laporan kematian babi,” kata Sarma, Minggu (2/7).

Baca juga:  Warga Datangi DLH Keluhkan Usaha Ternak Babi

Menurut Sarma, nihilnya laporan kasus kematian babi sejak beberapa bulan terakhir terjadi karena beberapa faktor. Pertama, karena populasi babi di masyarakat yang sudah menurun akibat banyaknya kasus kematian babi yang terjadi disamping tingkat konsumsi babi di masyarakat yang meningkat.

Faktor lainnya, ada kaitannya dengan pandemi COVID-19. Akibat pandemi, lalu lintas orang dan barang menjadi menurun. Sehingga hal itu mengurangi risiko penyebaran virus. “Di samping itu juga, selama pandemic ini masyarakat kan intens melakukan penyemprotan disinfektan. Itu mungkin turut mempengaruhi. Karena kan sama, virus juga penyebabnya,” terangnya.

Baca juga:  Sejak Mei, Laporan Babi Mati Mendadak di Gianyar Nihil

Meski kasus kematian babi sudah menurun bahkan disebut nihil berdasarkan catatan yang dimilikinya, Sarma mengatakan bahwa sejauh ini belum banyak peternak yang kembali menambah populasi ternak babinya. Peternak kebanyakan masih pikir-pikir untuk itu. Pihaknya pun merekomendasikan agar penambahan populasi dilakukan enam bulan setelah kasus kematian babi nihil. “Itu dimaksudkan untuk memutus siklus penyebaran virus,” ujarnya.

Sarma mengatakan bahwa seiring berkurangnya kasus kematian babi, harga babi memmbaik. Saat ini harga babi per kilogramnya, mencapai di atas Rp 30 ribu. Berbeda dengan sebelumnya. Kata Sarma, saat kasus kematian babi banyak terjadi, harga babi merosot hingga di bawah Rp 20 ribu per kilogramnya. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  BPD Bali Catat Kinerja Positif, Aset Tumbuh Hampir 10 Persen di November
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *