Pesawat Garuda Indonesia. (BP/istimewa)

JAKARTA, BALIPOST.com – Garuda Indonesia mendapat dana talangan dengan skema “mandatory convertible bond” senilai Rp 8,5 triliun dengan tenor tiga tahun guna membangkitkan kembali maskapai nasional itu dari keterpurukan selama pandemi. Namun, dana tersebut menurut Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, tidak mampu menutupi dan membuat perusahaan plat merah ini bertahan dalam jangka panjang.

Dikutip dari Kantor Berita Antara, ia pun menyebut bahwa hanya ada satu pihak yang mampu menyelamatkan Garuda dari situasi sulit di tengah pandemi COVID-19 ini. “Saya selalu bicara kemana-mana yang bisa menyelamatkan Garuda dari situasi sekarang dan secepatnya bisa ‘recover’ (pulih) adalah penumpang,” kata Irfan dalam diskusi daring bertajuk “Yuk Terbang Lagi Bersama Garuda” di Jakarta, Jumat (24/7).

Baca juga:  Garuda Buka Kembali Sejumlah Rute Domestik dan Internasional

Pemerintah, lanjutnya, ketika membantu dana itu cuma sementara. “Yang akan memastikan garuda ‘recovery’ itu penumpang itu yang selalu kampanyekan,” sebutnya.

Untuk itu, Ia memastikan protokol kesehatan selalu dilakukan, terutama di dalam pesawat, terutama jaga jarak yang diterapkan dengan mengosongkan kursi tengah untuk kelas ekonomi dan kursi bisnis hanya diisi untuk satu orang. “Garuda ngotot sekali memastikan tempat duduk tengah di kelas ekonomi kosong karena kita enggak mau persepsi publik soal perjalanan ini bermasalah. Konfigurasi tengah kosong. Kelas bisnis yang kursi dua-dua itu sendiri, kecuali ada permintaan khusus bawa keluarga dengan anaknya tidak ingin dipisahkan tapi ada kesepakatan yang harus disepakati agar membuat orang lain aman,” katanya.

Baca juga:  Besok, Garuda akan "Inaugural Flight" Narita-Denpasar

Selain itu, lanjut dia, di dalam pesawat menggunakan teknologi “High Efficiency Particulate Air” (HEPA) yang bisa mematikan virus hingga 99,99 persen dengan sirkulasi udara vertikal. Irfan mengatakan saat ini orang-orang yang melakukan penerbangan adalah mereka dengan kebutuhan dinas atau bisnis, sementara itu mereka yang ingin terbang masih menunda.

“Mereka yang mau ini yang banyak, kepingin sekali terbang. Mereka yang ingin berwisata, bersosialisasi, bersilaturahmi, ini yang kita dorong dengan terbang bersama Garuda aman dan nyaman,” katanya.

Baca juga:  Tiga Maskapai Ini Ajukan Penerbangan Reguler di Bandara Ngurah Rai

Irfan menambahkan angkutan udara kalah bersaing dengan angkutan darat karena masyarakat tidak perlu mengantongi hasil tes cepat negatif, sementara untuk naik pesawat hal itu merupakan syarat wajib. “Kondisi rapid test ini kita kalah bersiang dengan jalan darat. Kalau darat, naik mobil langsung saja pulang ke Solo dan langsung masuk ke rumah,” katanya.

Dia menyebutkan penurunan trafik penumpang pada Mei lalu mencapai 90 persen. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *