Gubernur Bali, Wayan Koster. (BP/rin)

DENPASAR, BALIPOST.com – Roh pariwisata selama ini terletak pada keunikan dan nilai luhur budaya Bali. Berdasarkan sejumlah referensi dan hasil riset, Bali bahkan pernah menjadi pusat peradaban dunia ketika jaman kerajaan Waturenggong.

Kala itu, kebudayaan Bali memasuki masa keemasannya. Kini, generasi penerus memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk menjaga, memelihara dan memajukan kebudayaan agar mengikuti perkembangan yang ada saat ini. “Agar kebudayaan tetap menjadi suatu fundamental kehidupan masyarakat. Ini yang tengah kita perkokoh sekarang agar Bali ini betul-betul menjadi pusat peradaban dan hanya inilah yang akan bisa menggetarkan Bali,” ujar Gubernur Bali Wayan Koster saat mengumumkan pemberlakuan Perda No.4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali di Museum Bali, Denpasar, Kamis (16/7).

Baca juga:  Tersetrum Listrik, Tiga Buruh Kritis

Menurut Koster, budaya harus menjadi basis dari pengembangan-pengembangan bidang kehidupan yang lain. Termasuk pariwisata yang tanpa budaya di Bali, tidak akan ada dan eksis.

Wisatawan datang ke Pulau Dewata karena tertarik dengan kekayaan dan keunikan budaya, serta adat istiadat dan tradisinya. Karena budaya pula, Bali bahkan tidak perlu khawatir dengan pencanangan 10 Bali Baru. “Jadi kalau pariwisata di Bali ini tidak peduli dengan budaya, itu dosa. Saya akan bertemu dengan para pelaku wisata ini, karena lama melakukan eksploitasi dan melupakan budaya sekarang dosa, terpuruklah sekarang,” jelasnya.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Harian Nasional Masih di Lima Ratusan Orang

Para pelaku pariwisata, lanjut Koster, agar menyadari bahwa selama ini telah melalaikan budaya Bali. Mengingat, pariwisata selama ini sebetulnya hanya “ekor” dari budaya yang membuatnya hidup.

Tanpa budaya, pariwisata Bali tidak akan ada bedanya dengan pariwisata daerah lain. Bahkan bisa jadi kalah saing, karena banyak daerah di Indonesia yang alam, pantai atau gunungnya lebih indah dari Bali. “Satu saja yang membuat Bali ini tidak akan pernah kalah dengan yang lain karena keunikan budaya dan tradisi. Jangan pernah kita lalai urusan budaya, kalau mau selamat, kalau mau maju di Bali ini, mau sejahtera di Bali ini, urusi dulu budaya dengan keseluruhan isinya,” tegasnya.

Baca juga:  Lagi!! Bali Laporkan Kabar Duka dan Tambahan Kasus COVID-19 di Atas 60 Orang

Koster menambahkan, Bali sekarang justru ditolong dengan adanya pandemi COVID-19. Sebab, di titik keseimbangan yang baru ini, Bali bisa memulai tatanan kehidupan era baru.

Terlebih, perubahan tatanan kehidupan secara menyeluruh dalam berbagai sektor ini dirancang by design dan bukan by accident. “Kita ditolong oleh pandemi COVID-19, karena semuanya yang merasa super, jagoan, itu hilang semua. Tidak ada lagi super power, ego, sudah runtuh semua. Semua sudah mulai dari nol sekarang,” terangnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *