Ekspor manggis ke Dubai dilakukan di tengah pandemi COVID-19 pada 26 April 2020. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sektor pariwisata sangat terpuruk karena pandemi COVID-19. Bali pun yang mengandalkan pariwisata juga terdampak.

Pascapandemi, pariwisata tidak akan lagi menjadi tumpuan utama perekonomian Bali. Gubernur Bali, Wayan Koster mengatakan saat ini, Pulau Dewata sudah berancang-ancang untuk lebih fokus ke ekspor.

Terutama ekspor komoditi hasil pertanian setelah pandemi COVID-19. “Kita punya manggis. Kita akan ekspor ke Tiongkok, Dubai dan beberapa negara lain yang butuh ekspor komoditi manggis,” ujarnya, Selasa (2/6).

Produksi manggis di Bali, lanjut Koster, saat ini 4.000-5.000an ton. Sedangkan Tiongkok saja membutuhkan hingga 9.000 ton. Selain manggis, salak juga sudah mulai diminati pasar ekspor.

Baca juga:  Dewa Alit Mudiarta Gantikan Pande Purwatha Pimpin Koni Gianyar

Kemudian, buah naga mulai mendapat akses pasar di luar negeri. Bali sendiri juga tengah mengembangkan jeruk dan pisang untuk ekspor.

Sejalan dengan komoditi ekspor, industri kerajinan rakyat seperti perak, emas, hingga patung turut akan diekspor ke luar negeri. “Kita menjadikan Bali ini sebagai pusat untuk ekspor ke negara-negara lain,” jelasnya.

Menurut Koster, ekspor Bali di masa pandemi COVID-19 ini sebetulnya masih berjalan. Hanya saja tidak dikirim menggunakan transportasi udara karena masih ditutup atau belum ada penerbangan antar negara.

Baca juga:  Usia Muda Teratas Pengguna Narkoba

Oleh karena itu, barang atau komoditi ekspor dikirim lewat jalur laut. “Itupun jauh, harus dari Benoa ke Tanjung Periuk, butuh waktu lama. Kemudian dari Tanjung Periuk ke negara yang dituju sehingga butuhnya mingguan. Nah ini agak mahal karena kemasannya perlu tahan lama, kalau tidak buahnya rusak,” paparnya.

Koster menambahkan, hal ini membuat ekspor sedikit terganggu. Tapi kalau transportasi udara sudah normal kembali, mantan Anggota DPR RI ini meyakini ada banyak negara yang membuka pasar untuk Bali.

Baca juga:  Ricuh di Bedeng Proyek, Satu Buruh Tewas dan Satu Luka

Terutama, untuk komoditas pertanian dan industri kerajinan rakyat. Lebih lanjut dikatakan, produk-produk Bali sangat dikagumi dan diminati oleh masyarakat di luar negeri. “Kita sudah harus mulai melakukan suatu upaya untuk tidak lagi bergantung sepenuhnya pada pariwisata. Jadi sudah harus memikirkan sektor lain untuk memperkuat perekonomian di Bali ini. Diantaranya adalah ekspor,” pungkasnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *