Ilustrasi. (BP/Suarsana)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus kematian pertama COVID-19 yang dilaporkan di Indonesia juga menjadi kasus pertama kematian di Bali. Seorang WNA yang memiliki penyakit bawaan, yakni diabetes melitus, hipertensi, hipertiroid, dan paru menahun, meninggal pada 11 Maret 2020 di RSUP Sanglah dalam perawatan di ruang isolasi.

Lima minggu berlalu, Bali sudah mencatatkan 113 kasus positif COVID-19. Namun, angka kematian akibat COVID-19 ini di Bali sangat rendah, hanya 2 WNA yang hingga Kamis (16/4) tercatat meninggal dunia karena mengidap COVID-19.

Untuk WNA yang kedua, seorang pria Prancis ditemukan meninggal di pinggir jalan, sebelum dia diketahui terjangkit COVID-19.

Sementara itu, dari jumlah kasus COVID-19 yang sudah ditangani di Bali, angka kesembuhannya cukup tinggi. Sudah tercatat 32 pasien sembuh. Artinya sekitar 28,5 persen dari jumlah kasus positif telah sembuh.

Padahal, di Indonesia, pandemi ini sudah merebak di 34 provinsi dan menjangkiti 5.516 orang per Kamis (16/4) pukul 12.00 WIB. Jumlah kasus meninggal secara total mencapai 496 orang atau sekitar 8,99 persen dari kasus terkonfirmasi. Sedangkan yang sembuh mencapai 548 orang atau sekitar 9,93 persen dari kasus terkonfirmasi.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Melandai, PPKM Tetap Diperpanjang

Tingginya angka kesembuhan dan kecilnya persentase angka kematian di Bali akibat COVID-19 ini bahkan menjadi sebuah tulisan di Asian Times Financial. Dalam sebuah tulisannya berjudul “Bali’s Mysterious Immunity to COVID-19,” (Imunitas Misterius Bali terhadap COVID-19) diulas tentang periode pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung selama 3 bulan. Namun di Bali, situasinya terkendali.

Disebutkan pula dalam artikel yang dibuat oleh John Mcbeth itu, tidak ada cerita terkait RS yang penuh sesak oleh pasien COVID-19 di Bali. Juga tidak ada peningkatan angka kremasi di sejumlah krematorium yang ada di Bali. Tak ada tanda-tanda bahwa virus ini mewabah di pulau yang berjuluk Pulau Dewata ini dengan populasi penduduk 4,2 juta.

Baca juga:  Mitra Driver GO-JEK dan Suporter Temu Sapa Pemain BU

Namun, tantangannya saat ini, masih dalam artikel itu, disebutkan kedatangan tenaga kerja (naker) migran yang jumlahnya diestimasikan sekitar 20 ribu lebih. Gelombang kedatangan naker migran ini memunculkan kekhawatiran di kalangan masyarakat.

Pasalnya, dari data yang dilansir Gugus Tugas Provinsi Bali, dari akumulatif pasien positif COVID-19 sebanyak 113 orang, komposisinya 7 WNA dan 106 WNI. Sebanyak 72 orang merupakan imported case artinya datang dari luar negeri. Sebanyak 68 adalah naker migran dan 4 non-naker migran. Sedangkan, 13 orang datang dari daerah terjangkit di luar Bali.

Tercatat pula, kenaikan pasien berjenis transmisi lokal, dengan jumlah 16 orang, karena dia melakukan kontak dengan pasien positif sebelumnya. Juga, ada 5 orang masih diinvestigasi karena tidak diketahui jenis penyebarannya.

Data Gugus Tugas Provinsi, sejak 22 Maret hingga 14 April telah pulang sebanyak 7.972 PMI asal Bali. Diperkirakan jumlah itu masih terus bertambah, karena naker migran Bali sekitar 22.000 orang.

Baca juga:  Dua Ranperda Gagasan DPRD Tabanan Sepakat Dibahas

Pada Kamis (16/4) ratusan ABK tiba di Bali lewat Pelabuhan Benoa. Mereka ini diangkut MV Voyager of The Sea. Dalam 3 hari ke depan, akan ada lagi 3 kapal pesiar yang tiba untuk mengantarkan ratusan ABK ke Bali. Mereka tidak semuanya berasal dari Bali, karena menurut Dewa Indra, sebagian merupakan ABK luar Bali yang akan dikarantina di Bali sebelum dikembalikan ke daerahnya masing-masing.

Menurut Ketua KPI Bali, Dewa Budiasa, total keseluruhan ABK yang datang selama 4 hari lewat Pelabuhan Benoa berjumlah 777 orang. Sebanyak, 560-an diantaranya warga Bali.

Sedangkan dari Bandara, diprediksi dalam waktu satu minggu ini akan datang sekitar 1.200 orang. “Data di kami, masih cukup banyak, yang ada di luar,” ujarnya. (Diah Dewi/Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *