Ilustrasi. (BP/Tomik)

DENPASAR, BALIPOST.com – Penyebaran virus Corona telah masuk ke Indonesia. Dua warga Depok dinyatakan positif terpapar virus tersebut oleh Presiden RI Joko Widodo. Kondisi ini pun membuat waswas warga lainnya, termasuk di Bali.

Guna menangkal penyebarannya, sejumlah tokoh masyarakat meminta Pemprov Bali melakukan langkah antisipasi. Selain itu, di tengah penyebaran virus Corona yang semakin mengkhawatirkan ini, mereka sepakat agar lebih mengutamakan keselamatan warga Bali ketimbang hal lainnya. Inilah yang terungkap dalam diskusi Merah Putih di Warung 63, Selasa (3/3).

Menurut akademisi Prof. Gede Pitana, adanya kasus penyebaran virus Corona, menyebabkan penurunan kunjungan wisatawan sampai 35 persen. Hal ini sangat berdampak pada tingkat hunian kamar dan berbagai falisitas pariwisata yang ada di Bali.

Tak hanya itu, hampir semua pasar berdampak karena kepanikan psikologis bahwa penyebaran virus Corona ini dinilai akan menular secara agresif. “Untuk menghadapi tragedi atau krisis, ada tiga tahapan yakni emergency atau mitigasi, recovery atau pemulihan dan normalisasi dan ekspansi. Jadi yang paling utama itu adalah keselamatan masyarakat Bali. Bagaimana caranya menangkal virus tersebut agar tidak masuk ke Bali,” katanya.

Baca juga:  Dua Hari Melandai, Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Kembali ke Dua Ribuan Orang

Anggota DPRD Denpasar Ketut Suteja Kumara menanggapi masalah kebijakan pusat terkait pungutan PHR, diskon harga tiket dan hotel serta lainnya. Dengan adanya penyebaran virus ini, Bali mestinya duduk dan tenang serta mengambil sikap dengan baik.

Artinya, pilihannya mau ke mana. Sebab, sekarang ini dalam posisi delematis. “Saya sangat sepakat, yang pertama kita harus pikirkan adalah bagaimana menyelamatkan warga Bali di tengan penyebaran virus Corona ini. Kalau kita mampu menyelamatkan warga Bali dan keseluruhannya, kita tidak perlu ngomong ke luar atau membicarakan masalah pembebasan PHR dan lainnya. Saya yakin, wisatawan akan datang sendiri ke Bali. Begitu sebaliknya, jika nanti penyebaran virus sampai ke Bali, jangankan suruh bayar, gratiskan saja wisatawan tidak akan mau datang ke Bali,” tegasnya.

Baca juga:  Peternak Sapi Keluhkan Susah Dapatkan IB

Ahli pariwisata Putu Anom menerangkan, Bali merupakan pulau kecil. Untuk menyelamatkan warga Bali dari penyebaran virus mematikan ini diharapkan pengawasan di pintu-pintu masuk diperketat. Baik itu di bandara, pelabuhan atau jalur-jalur tikus.

Selain itu, sarana dan prasarana juga harus dimaksimalkan. ‘’Semua stakeholder harus bekerja sama. Skriningnya harus kuat. Untuk di pelabuhan-pelabuhan tikus jangan disepelekan,’’ terang akademisi Unud ini.

Sementara itu, salah satu pelaku usaha, Yoga Iswara, mengatakan tingkat kunjungan wisatawan tidak terlalu beda dengan tahun lalu. Akan tetapi, pengaruhnya pasti ada, namun belum terlalu signifikan.

Meski demikian, pihaknya ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Bali itu aman. ‘’Dalam situasi belakangan ini, kita fokus untuk menujukkan kepada dunia bahwa Bali itu aman. Kemudian, juga mengenai masalah keselamatan warga Bali dari virus Corona, ini paling utama,’’ ucapnnya.

Baca juga:  Persentase Pasien COVID-19 Sembuh di Bali Lampaui 65 Persen, Kasus Baru Masih Bertambah

Berbeda dengan apa yang diungkapkan Prof. Wayan Windia. Ia berharap dalam kasus penyebaran virus mematikan ini semuanya kembali kepada filosofi Tri Hita Karana. Di mana sektor pariwisata, pertanian dan industri supaya dibuat harmoni. Artinya, semua ini harus saling mendukung dan tidak ada ketimpangan seperti sekarang ini.

“Sebaiknya menata Bali ini mesti menerapkan konsep-konsep yang sudah lama dikembangkan leluhur supaya kita menjadi harmoni. Sekarang ini kan melompat, dari sektor primer ke tersier dan tidak melalui sekunder. Untuk menyangga supaya harmoni kita kuat, kita mesti membangun di tengah-tengah sekunder,” jelasnya.

Lebih lanjut dikatakan, ia menilai bahwa sektor pariwisata itu penting. Akan tetapi, faktanya sangat timpang dengan sektor pertanian. (Pramana Wijaya/balipost)

BAGIKAN