Peternak sedang membersihkan kandang babi. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kematian ternak babi di Bali yang jumlahnya kini sudah mencapai angka seribuan ekor, merupakan kasus baru. Kasus ini muncul setelah terjadi hal yang serupa di Sumatera Utara beberapa waktu lalu yang disebabkan virus African Swine Fever (ASF).

Di Bali sendiri, kasus ternak babi mati mendadak kali pertama muncul di sentra peternakan babi yang berada di daerah Suwung Denpasar. Kasus tersebut muncul diindikasikan sentra peternakan tersebut memanfaatkan limbah hotel, restoran maupun bandara sebagai sumber pakan ternaknya tanpa melalui proses pemasakan yang baik dan benar terlebih dahulu.

Baca juga:  Kasus Kriminal Libatkan WNA Marak, Sistem Keamanan Bali Dipertanyakan

“Setelah muncul di daerah Denpasar baru menyebar ke Badung dan Tabanan. Untuk mencegah penyebaran tersebut kami sudah melakukan langkah penanggulangan secara cepat dengan memberikan vaksinasi maupun melakukan penyemprotan disinfektan pada kandang warga,” ujar Kabid Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Gede Asrama, Rabu (5/2).

Menurutnya, peternakan babi menjadi salah satu sentra unggulan yang dimiliki oleh Kabupaten Badung, mengingat sebagian besar masyarakat pedesaan di Badung merupakan pelaku langsung usaha ternak babi. Kecamatan Abiansemal dan Mengwi menjadi daerah yang terdampak paling tinggi di wilayah Kabupaten Badung dengan jumlah ternak babi yang mati per 4 Februari sebanyak 600 ekor.

Baca juga:  Peluang Investasi 42 Miliar Dolar AS akan Ditawarkan dalam Pertemuan IMF-WB

Sementara untuk keseluruhan wilayah Kabupaten Badung sebanyak 804 ekor (sekitar 5%) dari 12 ribu ekor populasi babi yang ada. “Kami berharap masyarakat lebih proaktif dalam memberikan laporan tentang kondisi hewan ternaknya kepada Dinas Pertanian dan Pangan, sehingga kami dapat menyiapkan tim untuk melakukan penanganan,” sebutnya. (parwata/balipost)

BAGIKAN