Tari Kreasi Persembahan Sekaa Gong Bangsing Bunut, Banjar Jurang Pahit, Desa Kutampi, Kecamatan Nusa Penida sebagai Duta Kabupaten Klungkung pada Parade Gong Kebyar Dewasa pada PKB ke-41, Rabu (26/6/2019) malam. (BP/istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sekaa Gong Bangsing Bunut, Banjar Jurang Pahit, Desa Kutampi, Kecamatan Nusa Penida, duta Kabupaten Klungkung pada PKB ke-41, tampil memukau di panggung terbuka Ardha Candra, Taman Budaya, Rabu (26/6) malam. Riuh tepuk tangan ribuan penonton mengiringi setiap tabuh dan tarian yang ditampilkan.

Penampilan pemuda-pemudi Nusa Penida ini mabarung dengan sekaa gong dewasa Sanggar Seni Desa Pupuan, Kecamatan Pupuan, duta Kabupaten Tabanan. Menariknya, dari empat seni kreasi yang ditampilkan, semuanya mempresentasikan keadaan alam dan kreativitas anak muda Nusa Penida.

Penampilan pertama, Sekaa Gong Bangsing Bunut menyajikan Tabuh Kreasi Ngunda Kirana Bayu (Mengalirkan Tenaga Bagaikan Angin). Konsep tabuh kreasi ini terinspirasi dari semangat masyarakat Jurang Pahit, Nusa Penida dalam mempertahankan hidup di lingkungan alam yang tak bersahabat.

Keadaan tanah kering yang tidak menguntungkan, serta sebagian daerah dikelilingi oleh jurang-jurang yang terjal, mengakibatkan mereka berpikir mencari jalan keluar untuk bisa bertahan hidup demi generasi berikutnya. Sebab, hanya beberapa tumbuhan yang dapat hidup, seperti ketela pohon, jagung, serta pohon liar lainnya.

Baca juga:  Percepat Perekaman E-KTP, Disdukcapil Bangli Buka Layanan Sabtu dan Minggu

Melihat keadaan tersebut, leluhur mereka menerapkan strategi Ngunda Bayu, mengalirkan tenaga secara bertahan, seperti tiupan angin perbukitan di malam hari yang sangat menyejukkan. Fenomena inilah yang dituangkan penata tabuh I Ketut Suandita, S.Sn. dan pembina tabuh I Ketut Arta Dwita dalam barungan gong kebyar pola garapan yang inovatif, kreatif dan dinamika dengan mengombinasikan unsur-unsur musik yang ada dan mencari bentuk aksen serta ritme yang berbau kekinian, tanpa meninggalkan substansi pokok.

Suguhan kedua, ditampilkan tari kreasi Kekebyaran Pranajaya. Pranajaya yang artinya napas kemenangan atau sebuah kebebasan pemuda di dalam berkreativitas.

Pranajaya menceritakan semangat berkreativitas para pemuda dalam menghadapi era globalisasi, dengan tetap memegang teguh nilai-nilai tradisi yang ada. Menyadari akan sebuah perubahan, namun tidak larut ke dalam perubahan itu sendiri. Ide ini dituangkan ke dalam gerak tari yang memadukan unsur gerak bebarisan dan petopengan yang dikembangkan menjadi sebuah tari yang baru energik.

Penampilan ketiga dari Sekaa Gong Bangsing Bunut yakni Sandya Githa Lila Ning Nusa, merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Agung. Namun sebagai manusia dengan segala kekurangannya belum mampu sepenuhnya menyikapi apa yang telah dianungerahkan Tuhan kepada kita semua. Salah satu dari anugerah itu adalah keberadaan Nusa Penida sebagai sebuah pulau kecil yang sekaligus merupakan bentengnya Pulau Bali.

Baca juga:  Miris! Lomba Buat Badong Hanya Diikuti Denpasar

Sebuah pulau yang sarat dengan nilai religius yang dihiasi dengan aroma kesucian, produk budaya yang unik, dan beragam jenis filosofi yang kuat. Di samping sebagai wisata spiritual, Nusa Penida juga menawarkan alam dengan nilai eksotis yang indah, serta panorama laut yang menakjubkan. Itulah sejatinya kekuatan jiwa yang membuat Bali ini semakin agung dan harum.

Penampilan keempat sekaligus penampilan terakhir dari Sekaa Gong Bangsing Bunut yakni tari Ngerawit Solah Rare Angon merupakan filosofi mendalam tentang rasa seseorang yang dirasuki kecintaan terhadap sesuatu. Seringkali rare angon diidentikkan dengan Dewa Siwa yang juga manifestasi Desa Seni, namun dalam hal ini dikerucutkan konsep dan simbol Rare Angon ditunjukkan pada sang pengembala sapi dan penghobi layang-layang.

Baca juga:  Jadwal PKB, Selasa 2 Juli 2019

Penggarap ingin mengangkat kisah sang Rare Angon yang bersifat imajinatif, atraktif, dan dinamis, serta mengolaborasikan dengan alat tiup seruling sebagai ciri khasnya. Karya ini merupakan interpretasi penggarap untuk bisa berkomunikasi terhadap pemuliaan angin yang diimplementasikan dari alat musik tiup seruling.

Koordinator Gong Kebyar Dewasa Duta Kabupaten Klungkung Nyoman Sumiarta mengaku telah mempersiapkan garapan tabuh dan tari kreasi ini sejak bulan Januari 2019 lalu. Persiapan yang dilakukan selama kurang lebih enam bulan ini membuat setiap garapan yang dipersembahkannya menjadi tontonan seni nan apik bagi ribuan para penikmat seni. Apalagi, pada garapan pamungkas, yakni tari Solah Ngrawit Rare Angon yang mengacu pada tarian dan permainan suling disesuaikan dengan tema PKB yaitu ‘’Bayu Pramana’’ sebagai spirit berkarya.

Wakil Bupati Klungkung I Made Kasta yang hadir merasa puas atas penampilan duta Kabupaten Klungkung ini. ‘’Dari penampilan kedua duta sama-sama bagus dan mereka sudah maksimal untuk menampilkan yang terbaik,’’ ujar Wabup Kasta. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *