Salah satu peserta menampilkan lagu anak-anak khas daerahnya. (BP/istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tepuk tangan penonton bergemuruh pada setiap penampilan peserta parade lagu daerah Bali di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya, Rabu (10/7) malam, serangkaian PKB ke-41. Empat kabupaten yaitu Jembrana, Klungkung, Tabanan, dan Bangli silih berganti menampilkan nyanyian daerah anak-anak andalan masing-masing daerah.

Sebagai pembuka, Sanggar Kumara Widya Suara, Duta Kabupaten Jembrana, mengawali garapan dengan membawa napas Jegog dalam setiap lagu-lagu yang dibawakannya. Lagu-lagu tersebut yakni “Melali ke Hotel Nusa Dua,” medley lagu “Ratu Anom,” “Curik-curik,” dan “Meong-meong.” Sedangkan lagu kategori remaja yang ditampilkan yakni “Bungan Sunar Raga,” “Pelagan Selat Bali,” dan “Sasih Kaulu.”

Sanggar Vocalia Kencana Nada, Duta Kabupaten Klungkung, tampil dengan lagu anak-anak “Tridatu Maha Suci,” medley “Goak Maling,” “Putri Cening Ayu,” dan “Juru Pencar.” Ditambah dengan lagu remaja, seperti “Jukut Serombotan,” “Idup Melarat” dan “Sasih Kaulu” yang menambah semarak malam itu.

Baca juga:  Dari Zona Merah COVID-19 Bali Ada di Dua Daerah hingga Gegara Ini Waria Main Jotos

Sementara Tabanan yang diwakili oleh Gita Music Study Tabanan membawakan lagu bertajuk “Merah Putih,” “Ratu Anom,” dan “Macecimpedan.” Dilanjutkan dengan lagu bertajuk “Luwih Rasa,” “Sasih Kaulu,” “Jagat Tabanan,” “Don Dapdape.”

Penampilan terakhir datang dari Sanggar Seni Belog Ajum Bangli dengan membawakan lagu anak-anak “Sekar Cempaka,” medley “Curik-curik,” “Cening Putri Ayu,” “Ngalih Bagia,” “Sasih Kaulu,” “Cihna,” dan “Mebunga-bunga” dengan memukau.

Penampilan anak-anak masing-masing daerah ini mendapat apresiasi dari pengamat seni. I Komang Darmayuda, misalnya, merasa bersyukur lagu daerah anak-anak masih diminati generasi muda Bali. Menurut Darmayuda, lagu daerah Bali nonkomersil memang diikat oleh pakem bahasa, sehingga perlu nalar lebih untuk menikmatinya.

Baca juga:  Sanggar Mudra Petang Kembalikan Pakem Drama Gong

Meskipun demikian, dalam melestarikannya tidak mesti kaku. Apalagi, untuk bisa bertahan di tengah derasnya arus globalisasi, lagu Bali perlu pengembangan besar-besaran tanpa harus khawatir meninggalkan pakem.

Selaku salah satu tim pengamat parade lagu daerah Bali, Darmayuda telah mengupayakan pembuatan album Bali Kumara yang berisi kumpulan penyanyi anak-anak dan remaja dengan lagu bertemakan budaya serta nasionalisme. “Bali Kumara adalah album anak-anak di youtube, tapi kita ini tujuannya bukan komersial melainkan pelestarian,” ujar Darmayuda.

Baca juga:  Stand Lukisan PKB, Pemandangan Alam Bali Paling Diminati

Ni Wayan Ardini yang turut sebagai tim pengamat menambahkan, sejauh ini lagu-lagu daerah Bali dengan nuansa budaya dan nasionalisme menggunakan istilah-istilah yang berat dipahami pendengar. Sehingga aransemen musik perlu dibuatkan lebih ringan jika lagu dengan tipikal budaya dan nasionalisme tetap ingin didengarkan.

Ardini pun mengungkapkan, pernah diadakan sebuah kompetisi menciptakan lagu Bali bertemakan budaya untuk dikomersialisasikan yang didanai proyeknya oleh pemerintah. “Waktu eranya Wirasuta (salah seorang penyanyi Bali), “Taluh Semuuk” pernah sekali mengomersialisasikan lagu tema budaya tapi tidak berhasil,’’ ujarnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *