Cengkeh dikeringkan. (BP/dok)

NEGARA, BALIPOST.com – Pada akhir April hingga Juni ini, para petani Cengkeh di Jembrana menikmati panen raya. Tetapi, permasalahan klasik saat panen masih dirasakan para petani Subak Abian ini.

Yakni, merosotnya harga jual. Hampir setiap hari sejak awal panen, harga jual baik cengkeh kering maupun basah menurun. Di sisi lain, petani masih menanggung ongkos petik yang cukup mahal.

Sejumlah petani cengkeh yang ditemui Rabu (12/6) mengungkapkan di awal panen lalu harga  cengkeh basah  antara Rp 29.000-Rp 30.000 per kilogram. Tetapi belakangan merosot hingga di harga jual Rp 23 ribu per kilogramnya.

Baca juga:  Harga Gabah Petani di Tabanan Turun di Puncak Panen Raya

Begitu halnya dengan harga cengkeh  kering, dari mulanya Rp 100 ribu per kilogram kini merosot menjadi Rp 75 ribu per kilogram. “Hampir merata di tempat lain juga turun, setiap musim panen seperti ini,” terang Ida Bagus Mudi (45), petani di Pancaseming, Batuagung.

Di sisi lain, biaya operasional, seperti untuk ongkos petik cengkeh dan pemilah cengkeh (ngepik) masih tinggi. Bila dikalkulasi untuk ongkos harian, rata-rata antara Rp 100 ribu hingga Rp 120 ribu per harinya.

Baca juga:  Babinsa Tangani Pohon Tumbang Halangi Jalan

Ditambah lagi dengan biaya tambahan seperti makan dan minum. Ia mengumpamakan untuk 1 kuintal cengkeh dibagi tiga bagian. Satu untuk petani dan dua bagian untuk upah buruh. Dengan kalkulasi biaya produksi itu, banyak petani yang memilih menjual cengkeh basah.

Hal serupa juga diungkapkan Kade Suardika, petani cengkeh asal Munduk Waru. Sejatinya, pada masa panen ini tidak bersamaan seperti panen-panen sebelumnya (bukan panen raya). Sehingga diriya heran, mengapa harga jual Cengkeh terus menurun seperti layaknya panen raya. “Tadi dapat 50 kilogram Cengeh  dari hasil petik sendiri, dibeli sama saudagar hanya laku Rp 24 ribu per kilogram,” ujarnya.

Baca juga:  Pj Gubernur Bali Tegaskan Lanjutkan dan Perkuat Program Koster

Sejak akhir April lalu, sejumlah subak abian cengkeh, mengalami panen. Seperti di Munduk Waru, Gelarsari, serta  Panceseming.

Sejak saat itu banyak petani yang mulai melakukan aktivitas penjemuran serta membuat keranjang atau karung untuk menampung cengkeh. Tenaga buruh petik dan pemilah juga banyak terserap dengan ongkos yang lumayan untuk pendapatan harian. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *