Warga bekerja mengupas kulit kelapa. (BP/dok)

TABANAN, BALIPOST.com – Desa Lumbung Kauh, Selemadeg Barat memiliki total luas 730,67 hektar. Dari luasan tersebut sekitar 50 persennya adalah perkebunan kelapa disamping tanaman perkebunan lainnya seperti, durian, manggis, cengkeh, kopi dan pisang.

Karena potensi kelapa ini, Desa Lumbung Kauh masuk ke dalam desa kawasan Nikosake (Nila, Kopi, Salak dan Kelapa). Sayangnya, produksi kelapa untuk diolah menjadi produk olahan yang lebih bernilai jual saat ini masih terbatas.

Sekertaris Desa Lumbung Kauh, Wayan Suarsa, Minggu (5/5), mengatakan sebagian besar penduduk Desa Lumbung Kauh berprofesi sebagai petani. Kelapa saat ini sedang dihargai baik oleh pengepul dan mencapai Rp 4.000 per butir. “Beda jika harga turun atau jatuh. Buah kelapa dibiarkan begitu saja sehingga terbuang percuma,” ujarnya.

Baca juga:  Petani Kelapa Desak Perda Janur Dikebut

Mengolak kelapa menjadi Virgin Coconut Oil (VCO) sebenarnya menjadi salah satu solusi apabila harga kelapa jatuh di harga terendah. Meski sudah dikelola menjadi VCO, diakui Suarsa tidak banyak bisa menyerap produksi kelapa yang ada di Desa Lumbung Kauh.

Produk VCO Desa Lumbung Kauh sendiri telah diusahakan oleh Bumdes setempat agar bisa dijual melalui Bumda. Sayangnya masih terbentur di kualitas dan kemasan sehingga pemasaran tidak bisa diperluas ke outlet-outlet yang bekerjasama dengan Bumda. “Permintaan VCO produksi Desa Lumbung Kauh saat ini tidak menentu. Karena pengolahannya masih manual dan alami sehingga kualitas serta packingnya masih kalah bersaing dengan produksi VCO lainnya,” jelas Suarsa.

Baca juga:  SD 2 Tiying Gading Tak Gelar USBN

Suarsa berharap dengan masuknya Desa Lumbung Kauh menjadi kawasan Nikosake, ada nilai tambah bagi pertanian kelapa serta bantuan pelatihan pengolahan produk kelapa selain VCO hingga bantuan sarana dan prasarana. “Kami ada tujuan mengolah VCO menjadi produk kosmetik tetapi masih kurang ilmu dan peralatan. Meski ada dana desa tetapi jumlahnya tidak banyak dan masih fokus pada infrastruktur. Jadi berharap dari program Nikosake ini,” ujar Suarsa.

Baca juga:  Kembali, Gudang Kopra Terbakar di Jembrana

Menurutnya dari program Nikosake memang sedang direncanakan pembangunan spot utama yang akan menjadi pusat kegiatan agrowisata di Desa Lumbung Kauh. Nantinya lokasi bertema Kampung Kelapa ini mengambil tempat di dekat Sungai Balian dengan latar air terjun Pangkung Sakti yang masih alami.

Nantinya, lokasi itu akan menjadi tempat edukasi untuk berkebun kelapa, cara mengolah, dan menikmati olahan kelapa seperti jajanan, nata de coco, VCO berserta turunannya seperti masker, aroma terapi dan lotion. Untuk itu di spot utama akan disediakan balai yang berfungsi untuk edukasi dan pelatihan mengolah kelapa. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *