SEMARAPURA, BALIPOST.com -Pratisentana Sri Nararya Kresna Kepakisan (PSNKK) melaksanakan prosesi upacara nyenuk, Jumat (11/1) siang. Upacara nyenuk merupakan rangkaian menjelang berakhir seluruh prosesi Karya Mamungkah, Mepedudusan Agung, Matawur Balik Sumpah Agung di Dalem Agung Pura Kawitan Pratisentana Shri Nararya Kresna Kepakisan, yang puncaknya 5 Januari.

Nyenuk dilaksanakan dengan prosesi mepeed, dari Pura Dalem Agung PSNKK ke Pura Agung Dasar Bhuwana Gelgel. Iring-iringan nyenuk diawali barisan lelontekan, canang rebong, sejumlah banten tebasan, perangkatan dan jauman. Disusul kemudian barisan pala bungkah, pale gantung yang berwarna putih, barak, kuning, selem dan poleng. Kemudian iringan pasepan dan suara bajra pemangku disertai kidung wargasari, tapakan pelinggiih, peed istri dan bungan janje, gambelan beleganjur dan sejumlah pengiring.

Upacara nyenuk mengandung makna majenukan atau masimakrama. Upacara ini mengandung nilai luhur dari pelaksanaan ritual keagamaan Hindu Bali yang sarat budaya leluhur. Dari pelaksanaan nyenuk ini dimaksudkan agar umat Hindu di Bali khususnya Pratisentana SNKK selalu memperkuat persatuan, sebagaimana wujud peran Pura Agung Dasar Buana sebagai tempat pemersatu umat dari seluruh soroh dan garis keleluhuran yang ada di Bali.

Disamping itu dari sisi niskala, pada saat upacara nyenuk inilah dikatakan Ida Batara khususnya Panca Dewata mengutus iring-iringannya turun ke bumi, yang disimbolkan dari warna busana para pangiring-nya manut warna panca dewata.

Upacara nyenuk dipuput dua sulinggih. Ida Pedanda Griya Jumpung, muput upacara di Bale Agung Dasar Bhuana, Gelgel, dan Ida Pedanda Griya Kutuh, Klungkung, muput upacara di Pura Dalem Kawitan PSNKK, setelah kembali dari Pura Agung Dasar Bhuana. Sejumlah tarian sakral juga dipentaskan dalam upacara nyenuk. Seperti, Topeng, rejang dewa, rejang renteng, baris wayang, dipentaskan diiringi dengan gamelan.

Manggala karya, I Gusti Agung Ngurah Sudarsana, SH.,MH., mengatakan, upacara nyenuk masih merupakan bagian dari prosesi karya di Pura Dalem Dukuh Kawitan Pratisentana Shri Nararya Kresna Kepakisan. Prosesi nyenuk diikuti pratisentana Shri Nararya Kresna Kepakisan yang ada di Bali maupun Lombok.

Sebelum upacara nyenuk, terlebih dahulu dilaksanakan upacara ngayarin. Untuk seluruh rangkaian karya mamungkah akan berakhir pada 15 Januari 2019 dengan prosesi Penyineban. Sedangkan untuk upacara Nyegara Gunung dilakukan 19 Januari 2019 di Pura Goa Lawah.

Sementara di Pura Agung Dasar Bhuana, upacara Nyenuk disambut Ida Dalem Semarapura. Ida Dalem menyambut baik kedatangan Pratisentana Shri Nararya Kresna Kepakisan yang menggelar upacara nyenuk ke Pura Dasar Bhuana.

“Hubungan Sri Aji Kresna Kepakisan (leluhur Ida dalem) dengan Shri Nararya Kresna Kepakisan mempunyai hubungan yang sangat erat. Keduanya sama – sama ditugaskan Kerajaan Majapahit untuk menjaga Bali,” katanya.

Sri Aji Kresna Kepakisan menjadi Adipati Bali (Raja Bali), beristana di Samprangan sekitar tahun 1352 – 1380 Masehi, dan Shri Nararya Kresna Kepakisan sebagai Patih Kerajaan.

Sedangkan bersamaan upacara nyenuk ini di Pura Dasar Bhuana juga diselenggarakan upacara penyineban, dan nuek bagia pulakerti. (Agung Dharmada/balipost)

Baca juga:  Koperasi Perempuan Harus Didukung BUMDes
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *