SINGARAJA, BALIPOST.com – Sampah rumah tangga di Buleleng belakangan ini mulai mengancam daya tampung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) milik pemerintah daerah. Buktinya, kondisi TPA di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan sekarang mulai overload dan lahan yang kini tersisa hanya mampu berfungsi kurang dari empat tahun ke depan.

Atas masalah ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng mulai mencari jalan keluar, salah satunya mengalakkan pemilahan sampah. Dalam gerakan pemilahan sampah ini hanya sampah organik saja akan diolah di TPA dijadikan pupuk kompos.

Semnetara sampah non organik diarahkan untuk didaur ulang. Pemerintah menyarankan agar sampah plastik atau sampah non organik lain dijual untuk didaur ulang.

Baca juga:  Puting Beliung Terjang Pupuan, 6 Rumah Rusak

Data di DLH Buleleng menyebutkan, sejak beroperasi, DLH mengolah sampah di TPA Bengkala dengan teknik Sanitary Landfill. Teknik ini hanya dengan menumpukan sampah di atas bidang tanah.

Setiap hari rata-rata volume sampah yang ditampung di TPA Bengkala jumlahnya bervariasi antara 400 sampai 450 meter kubik. Dari volume sebanyak itu, TPA yang luasnya tercatat 4,8 hektar diprediksi hanya bisa bertahan kurang dari empat tahun lagi.

Kepala DLH Buleleng Putu Ariyadi Pribadi mengakui kalau kondisi TPA dalam ancaman overload. Untuk itu, sesuai hasil evaluasi oleh Tim Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), pemkab diingatkan agar mengurangi timbunan sampah.

Baca juga:  Sampaikan Pidato Ilmiah, Doni Monardo Tertunduk Menahan Haru

Upaya ini bisa dilakukan kalau pemilihan sampah dilakukan dengan dengan masif. “Kalau sampah yang masuk ke TPA hanya yang dijadikan pupuk kompos, daya tampung TPA saya yakin akan lebih lama bisa beroperasi. Untuk itu, kami sudah diperintahkan bagaimana mengalakkan pemilahan sampah organik dan non organik,” katanya.

Di sisi lain Ariyadi mengatakan, strategi lain dilakukan mencegah TPA overload adalah penanganan sampah rumah tangga dan mengolah sampah di masing-masing TPS3R dan “Bank Sampah”. Selama ini desa atau kelompok masyarakat di daerahnya sudah banyak yang mengalakan pemilahan sampah.

Baca juga:  Memprihatinkan, Bayi Dua Bulan di Banjar Belok Menerita Hydrocepalus

DLH pun terus mendorong program ini, sehingga sekitar 50 persen sampah yang masuk di TPA berupa residu saja dan sisanya diolah  di TPS3R dan Bank Sampah. Ariadi berharap kepada pemerintah pusat memberi bantuan dana untuk pengembangan TPA Bengkala terkait dengan pengolahan sampah maupun limbah dari IPLT. “Usia dari TPA ini akan lebih panjang lagi dan ke depan kita mengusulkan bantuan lagi, untuk pengembangan TPA dan pengelolaan sampah maupun limbah,” jelas Mantan Camat Gerokgak ini. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *