Gubernur Koster (kiri) . (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pendapatan Asli Daerah (PAD) provinsi 5 tahun terakhir yang cenderung stagnan di angka Rp 3,4 triliun dirasa tak cukup untuk membiayai pembangunan infrastruktur di Bali. Terlebih, Gubernur Bali Wayan Koster berkeinginan untuk membangun infrastruktur dan transportasi darat, laut, dan udara secara terintegrasi.

Saat ini, Koster bahkan sudah berancang-ancang untuk mengkebut realisasi 10 titik shortcut di ruas jalan Mengwitani-Singaraja. “Kita PAD-nya cuma Rp 3,4 triliun, mau ngapain? Saya sudah tidak tertarik lagi ngomong PAD ini. Saya sudah memikirkan skenario lain untuk menggali pendanaan, sumber yang baru,” ujarnya di Denpasar, Selasa (9/10) lalu.

Koster salah satunya menjaga agar penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF-World Bank di Bali berlangsung dengan sukses. Ketika Bali berhasil menjadi tuan rumah yang baik, tentu akan mudah berbicara ke semua Kementrian untuk mendukung pembangunan di pulau dewata. Seperti yang sudah dilakukannya dengan Menteri PUPR agar segera menuntaskan pembangunan shortcut ke Buleleng itu.

“Saya sampai berkali-kali berbicara dengan Menteri PU untuk membiayai shortcut Singaraja-Denpasar. Kalau titik 5-6 sekarang sudah dianggarkan Rp 165 miliar. Titik 3-4 itu saya minta didanai dari APBN lagi, dari Pak Menteri PU sebesar Rp 230 miliar,” jelasnya.

Baca juga:  Gubernur Koster: Tindak Tegas Penjual dan Produsen Arak Gula

Menurut Koster, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono sudah meninjau titik 1 hingga 6 dan menyatakan siap membangun titik 3-4 di tahun 2019. Pihaknya akan meminta lagi untuk pembangunan shortcut di titik 7-8 di tahun 2020 dan titik 9-10 di tahun 2021. Secara keseluruhan, 10 titik shortcut membutuhkan anggaran Rp 1,3 triliun. Sedangkan anggaran untuk pembebasan lahannya mencapai sekitar Rp 230 miliar. Pengadaan lahan ditanggung sepenuhnya oleh APBD Provinsi yang sudah mulai dianggarkan pada APBD Perubahan 2018.

“Saya lapor kepada menteri, untuk pengadaan lahan dari titik 1 sampai 10 diluar yang sudah dibebaskan plus feasibility study dan DED ditanggung penuh oleh APBD Provinsi. Makanya beliau (Menteri PUPR, red) semangat dan menyatakan siap,” paparnya.

Koster menambahkan, pembangunan infrastruktur dilakukan secara bertahap dan diselesaikan satu demi satu. Selain shortcut dari Denpasar ke Buleleng, infrastruktur lain yang akan dibangun antaralain tol Denpasar-Gilimanuk, kereta api lingkar Bali, hingga bandara di Bali Utara.

Baca juga:  LPDB Beri Prioritas Koperasi di Bali

Sekretaris Komisi III DPRD Bali, I Ketut Kariyasa Adnyana mengatakan, pembangunan shortcut di ruas jalan Mengwitani-Singaraja untuk mempermudah akses dari Bali Selatan ke Buleleng. Shortcut tersebut harus segera diselesaikan karena wisatawan selama ini lebih banyak sampai ke Danau Beratan atau Danau Buyan. Selebihnya tidak mau lagi melanjutkan perjalanan ke Buleleng akibat jalur yang berkelak-kelok.

“Ini komitmen bersama antara DPRD bersama dengan pemerintah provinsi Bali untuk secepatnya menyelesaikan. Kalau dari APBN susah mencari anggarannya, kita harus berani berkorban. Seperti di tahun politik 2019, kita rela memotong hibah,” jelas Politisi PDIP asal Busungbiu, Buleleng ini.

Menurut Kariyasa, telah ada alokasi anggaran Rp 397 miliar pada rancangan APBD 2019 untuk shortcut. Anggaran itu sebagian didapat dari hasil penyisihan hibah yang difasilitasi anggota dewan. Masing-masing anggota sepakat hibahnya dipotong antara Rp 2 hingga 3 miliar. Hibah yang difasilitasi para pimpinan dewan bahkan dipangkas hingga 50 persen atau sekitar Rp 5 miliar.

Baca juga:  Jika Kasus COVID-19 Baru Terus Bertambah, Gubernur Koster Khawatir Pusat akan Lakukan Ini

“Kami harapkan Badung juga berkomitmen, karena yang selama ini paling diuntungkan dari pariwisata adalah Badung. Orang berwisata ke seluruh Bali, tapi nginepnya di Badung sehingga wajib Badung membiayai. Sudah dirancang juga 1-2 titik shortcut akan dibiayai Pemkab Badung pada 2020,” papar Politisi yang maju sebagai calon anggota DPR RI ini.

Kariyasa menambahkan, infrastruktur lain yang mendesak di Bali Utara adalah pembangunan bandara. Selain itu, potensi yang ada seperti Pelabuhan Celukan Bawang bisa dijadikan sebagai pelabuhan cruise. Tak hanya di Buleleng, infrastruktur di daerah lain seperti Karangasem juga harus dikembangkan. Sebagai contoh Pelabuhan Tanah Ampo dan lainnya.

“Dengan infrastruktur yang bagus, kami yakin investasi akan banyak hadir. Tentu ini akan menciptakan lapangan pekerjaan, dan juga akan memberikan dampak secara langsung bagi pertumbuhan ekonomi,” jelasnya. (rindra/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *