Sejumlah wisatawan Tiongkok saat berada di Bandara Ngurah Rai. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kepopuleran Bali hingga saat ini masih menarik banyak wisatawan mancanegara untuk datang. Data terakhir Dinas Pariwisata Provinsi Bali, wisatawan Tiongkok yang mendominasi kunjungan ke Pulau Dewata.

Ada sekitar 600 ribuan wisatawan Tiongkok sampai dengan Juli 2018. Jumlah ini mengungguli kunjungan wisatawan Australia sekitar 500 ribu dan India 200 ribu wisatawan. “Banyak orang Tiongkok sudah tahu Bali, bahkan tanpa mengetahui letaknya dimana. Bali memang sangat populer. Menurut saya, turis asal Tiongkok akan semakin meningkat jumlahnya di masa mendatang,” ujar Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok, Gou Haodong di Denpasar.

Menurut Gou Haodong, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa khususnya dari sisi budaya dan alamnya. Infrastruktur pendukungnya juga sangat baik, mulai dari kamar hotel, akomodasi lain hingga pelayanan pada wisatawan.

Baca juga:  PKB, Penguatan Identitas dan Pemantik Kreativitas

Namun, Bali masih perlu memperhatikan sistem transportasi lantaran kekurangan ini sering membuat wisatawan merasa kurang nyaman. “Berikutnya yang perlu diperhatikan adalah SDM pariwisata, seperti guide. Terkadang mereka kurang mampu menjelaskan secara detail tentang objek wisata,” imbuhnya.

Gou Haodong menambahkan, guide harus memiliki pengetahuan luas dan mendalam tentang budaya dan agama Hindu yang menjadi roh pariwisata Bali. Oleh karena itu, guide mesti distandarisasi dan diberikan pelatihan agar bisa memberikan lebih banyak penjelasan tentang Bali kepada para wisatawan, khususnya wisatawan negeri tirai bambu.

Baca juga:  Dua Persoalan Ini Jadi Keluhan Utama Wisatawan Tiongkok

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, A.A. Gede Yuniartha Putra mengatakan, uji budaya sebetulnya telah menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan lisensi guide. Ada tim yang dibentuk untuk melaksanakan uji budaya, terdiri dari akademisi, budayawan, dan tokoh masyarakat.

“Jadi kalau mereka tidak lulus, mereka belum bisa menjadi guide. Setelah lulus itu baru bisa,” katanya.

Yuniartha mengakui memang ada keterbatasan dalam uji budaya itu. Khususnya menyangkut pertanyaan yang diajukan, belum tentu membuat para calon guide langsung mengetahui budaya Bali secara menyeluruh. “Harapan kita, dia tetap harus belajar mengembangkan dirinya. Jadi, tidak hanya dites itu saja dia harus belajar,” jelasnya.

Baca juga:  Delegasi IMF-WB Kagumi Aktivitas "Ngayah" di Pura Desa Batuan

Menurut Yuniartha, pihaknya telah berencana untuk menggandeng Dinas Kebudayaan dalam membuat buku panduan tentang budaya Bali. Sementara ini, simbol-simbol budaya atau sejarah mengenai destinasi wisata di Bali dapat dipelajari melalui internet. Disisi lain, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali juga akan diminta memberikan pembelajaran terkait budaya bagi para guide.

“Itu semua dalam rangka meningkatkan pengetahuan guide tentang budaya Bali. Pada dasarnya, mereka harus senang belajar dan senang baca,” tandasnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *