Petani
Petani membajak lahan sawahnya. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Memasuki musim kemarau, target luas tanam padi di Provinsi Bali tidak terpenuhi. Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Hortikultura Provinsi Bali menargetkan peningkatan luas tanam 5 persen, namun baru tercapai 2 persen dari produksi Oktober 2017 sampai Juli 2018.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Hortikultura Provinsi Bali IB Wisnuardhana mengatakan ada dua faktor yang menyebabkan target tidak tercapai, yakni alih komoditi dan fungsi lahan.

Ia menjelaskan pada April-Oktober ini merupakan musim kemarau. Meski hujan turun, namun udara kering. Faktor ini mempengaruhi petani untuk memilih tanaman lain.

Dalam setahun ada dua kali musim tanam padi. Yaitu Oktober-Maret dan April-September. Karena April-September merupakan musim kemarau, beberapa petani beralih komoditi di lahan sawah, dari menanam padi menjadi gemitir.

Baca juga:  Hektaran Padi di Subak Bekutel Rebah, Produksi Beras Turun

Pada bulan Oktober 2017 hingga Juli 2018 luas tanam padi mencapai 118.758 ha. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya naik, 1.900 ha atau sekitar 2 persen. Karena tahun 2017 luas tanam hanya 116.632 ha. “Ini ada kenaikan, jika dipersentase, luas tanam padi naiknya 2 persen. Tapi target kita naik setiap tahun 5 persen. Ini naiknya cuma 2 persen. Jadi masih kurang dari target,” ungkapnya.

Luas tanam menurutnya harus terus meningkat karena kebutuhan beras terus naik tiap tahun. Pemerintah pusat juga menargetkan kenaikan sekitar 5 persen agar CBP (Cadangan Beras Pemerintah) juga naik. “Di Bali naik saja sudah bagus karena alih fungsi lahan tinggi,” tandasnya.

Selain alih komoditi, permasalahan pertanian di lahan sawah juga faktor alih fungsi lahan. Tahun 2016 – 2017 alih fungsi lahan tinggi yaitu 900 ha atau 1,13 persen. Tahun 2016, luas lahan sawah di Bali 79.526 ha sedangkan tahun 2017 menjadi 78.626 ha. “Ini tumben tinggi 900 ha. Biasanya rata-rata 400–500 ha atau 0,6 persen,” cetusnya.

Baca juga:  Puluhan Krama Nedunang Ida Bhatara dan Mapepada di Pura Penataran Agung Besakih

Mengingat prediksi BMKG, pada Agustus kemarau basah dan udara kering, ia mengimbau petani untuk mengikuti Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP). Agar kegagalan panen bisa tercover. “Karena risiko gagal biasanya di bulan Agustus,” imbuhnya.

Selain faktor cuaca, yang menyebabkan petani menunda menanam padi juga karena giliran memakai traktor. Traktor sangat dibutuhkan petani. Terbukti dari bantuan 149 traktor yang diberikan pemda, luas tanam padi cukup signifikan. Bantuan traktor ini tersebar di seluruh subak di Bali. Tidak hanya pemerintah, pihak swasta pun membantu dalam pemberian traktor sehingga total bantuan traktor tahun ini diperkirakan 300 unit. “Ini juga kabar yang menggembirakan. Karena salah satu penyebab luas tanam tidak signifikan, karena giliran memakai traktornya,” tandasnya.

Baca juga:  8 Remaja Pria dan 2 Perempuan Diamankan, Terungkap Modus Gelar Balapan Liar

Dengan target luas tanam padi 5 persen, maka target produksi gabahnya mencapai 850 ribu ton. Sementara tahun 2017, produksi gabah 835 ribu ton. Dari 835 ribu ton, 62 persennya menjadi beras sehingga tahun 2017 produksi beras 518 ribu ton. Sementara kebutuhan beras di Bali 417.816 ton dan 37.000 ton kebutuhan lain. Dengan demikian Bali tahun 2017 surplus 63 ribu ton beras. Tahun ini surplus beras diperkirakan lebih dari itu. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *