Gunung Agung. (BP/dok)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Tidak ada kepanikan warga di sekitar Gunung Agung, setelah kembali terjadi erupsi, Rabu (13/6). Hembusan asap tebal membumbung tinggi setinggi 2.000 meter, kemudian kepulan asap tebal itu bergerak ke arah barat.

Pasebaya mencatat, erupsi Gunung Agung selalu terjadi setiap hari raya, seperti Rabu kemarin, bertepatan dengan Tilem Sasih Sadha, kadang juga malam purnama dan kajeng kliwon serta hari-hari besar keagamaan lainnya.

Relawan Pasebaya meminta warga tetap tenang, tak terpancing isu-isu hoax. Erupsi sekitar pukul 11.05 wita itu, sembat mengagetkan warga Karangasem. Tetapi, respons warga justru asik mengabadikan momen tersebut.

Tidak hanya warga Kota Amlapura, masyarakat di radius berbahaya pun antusias mengabadikan momen erupsi ini. “Laporan dari teman-teman relawan, tidak ada kepanikan. Di Besakih, banyak yang justru ambil HP, merekam dan mengambil poto. Hujan abu disampaikan relawan terjadi di Songan (Kintamani, Bangli). Di Karangasem, sementara belum ada,” kata Ketua Pasebaya Gunung Agung, I Gede Pawana.

Baca juga:  Puluhan Ribu Wisman Datang ke Bali, Australia Masih Mendominasi

Pawana mengaku sudah sedikit gundah sejak tiga hari lalu. Mengingat setiap purnama, tilem, kajeng kliwon dan hari-hari besar keagamaan, Gunung Agung selalu menunjukkan aktivitas yang meningkat dengan adanya hembusan ini.

Pihaknya mengaku sudah sering membuktikan ini. Dan, letusan terakhir ini pun kembali membuktikan prediksinya. Tetapi, terlepas erupsi terjadi saat hari raya atau tidak, bukan persoalan prinsip.

Persoalannya adalah, erupsi Gunung Agung, tetaplah sebuah bencana yang harus diantisipasi. Entah erupsinya berskala kecil atau besar, seluruh relawan dituntut harus selalu siaga.

Baca juga:  Sederet Cabor Dicoret, Bali Kehilangan 15 Emas di PON Papua

Relawan Pasebaya tetap melaksanakan tugasnya seperti biasa, ada atau tidak erupsi Gunung Agung. Relawan tetap aktif melakukan pengamatan, melaporkan situasi terkini melalui HT (Handy Talkie) dan mengedukasi masyarakat di desa-desa terdampak. “Kami tetap kompak dan siaga, melaksanakan tugas kami seperti biasa,” tegas Pawana.

Melihat situasi demikian, Pawana kembali mengingatkan agar tetap mematuhi arahan Pasebaya, yang sejalan dengan rekomendasi PVMBG. Jangan sampai ada yang nekat melakukan pendakian, menyusul informasi dalam waktu dekat akan ada umat yang ngaturang pakelem ke kawah Gunung Agung. Sebab, situasi saat ini Gunung Agung sejatinya belum aman.

Badan Geologi, PVMBG, Pos Pengamatan Gunungapi Agung, mencatat kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat daya dan barat. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi sekitar 2 menit 12 detik.

Baca juga:  Wisata Bali Alami Kelesuan, Saatnya Pelaku Usaha Genjot Wisdom

Saat ini Gunung Agung berada pada status Level III (Siaga). PVMBG merekomendasikan agar tidak ada pendakian ke puncak Gunung Agung. Tidak pula melakukan aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari kawah puncak Gunung Agung.

Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung, agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi. Terutama pada musim hujan. Jika material erupsi masih terpapar di area puncak. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *