Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan menunjukkan foto keluarga Dita Upriyanto saat penggerebekan rumah terduga teroris di kawasan Wonorejo Asri, Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5). (BP/dok)

BANYUWANGI, BALIPOST.com – Pelaku pengeboman 3 gereja di Surabaya, Minggu (13/5) merupakan sebuah keluarga. Salah satunya, Puji Kuswati (43) yang meledakkan dirinya di Gereja Kristen Indonesia (GKI), Jl. Diponegoro, bersama dua anak perempuannya, berasal dari Banyuwangi.

Puji merupakan anak juragan jamu tradisional terkenal di Dusun Krajan RT3/16, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar. Pihak keluarga membenarkan jika pelaku berasal dari Tembokrejo, Muncar.

Namun, pelaku yang anak ketiga dari empat bersaudara ini sejak umur 20 bulan diasuh tantenya di Magetan, Jawa Timur. “Memang (Puji Kuswati, red) kelahiran Tembokrejo. Namun, sejak umur 20 bulan diasuh bude (tante, red) nya di Magetan. Secara administrasi, tak tercatat sebagai warga Tembokrejo,” kata Rusiono, perwakilan keluarga pelaku, Senin (14/5).

Baca juga:  Dari Mantan Satpam Ditebas hingga 3 Anak di Bawah Umur Dijemput Keluarganya

Karena sejak kecil diasuh budenya, pihak keluarga, jarang berkomunikasi dengan pelaku. Bahkan, kata Rusiono, saat hendak menikah, pihak keluarga di Banyuwangi sempat menolak.

Sebab, sang calon suami, Dita Upriyanto, di mata keluarga Banyuwangi, terlihat beda. “Terlihat agak aneh, terutama pemahaman soal keagamaan. Jadi, keluarga Banyuwangi menolak, tapi tetap nekad menikah,” jelas Rusiono.

Sejak menikah itulah, lanjut Rusiono, perilaku Puji Kuswati yang lulusan sekolah perawat ini berubah. Mulai tertutup, jarang bergaul dengan keluarga. Termasuk, jarang pulang.

Baca juga:  Angka Putus Sekolah, Ini Dua Kabupaten Terbanyak

Terakhir, Puji Kuswati pulang bersama keluarganya, Januari 2018. “Kalau pulang ke Banyuwangi, tidak pernah lama. Dan, jarang mau bergaul dengan keluarga, cenderung tertutup,” jelasnya.

Keluarga di Banyuwangi juga tak mengetahui aktivitas sehari-sehari keluarga Puji Kuswati yang tinggal di Wisma Indah Blok A 22, Rungkut, Kelurahan Wonorejo, Surabaya ini. Akibat kejadian ini, pihak keluarga langsung syok.

Kepala Desa Tembokrejo Sumarto membenarkan jika pelaku bom bunuh diri di Gereja Surabaya lahir di desanya. Namun, tak tercatat secara administrasi. “Sesuai pengakuan keluarga, sejak kecil diasuh budenya di Magetan. Jadi, bukan warga Muncar, hanya kelahiran sini,” jelasnya. (Budi Wiriyanto/balipost)

Baca juga:  Rafting di Telaga Waja, Wisatawan India Meninggal Terseret Arus
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *