Kepala BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa, saat meninjau lokasi jalan rusak di Temukus. (BP/gik)

AMLAPURA, BALIPOST.com – BPBD Karangasem sudah melakukan pendataan terhadap dampak bencana yang melanda Karangasem. Khususnya banjir lahar dingin yang banyak merusak fasilitas umum. BPBD Karangasem mencatat kerusakan paling parah terjadi pada tujuh jalur evakuasi di empat kecamatan. Guna melakukan perbaikan, pemerintah daerah telah mengajukannya ke pemerintah pusat, agar bisa dibantu mempercepat proses perbaikannya melalui Dana Siap Pakai (DSP) BNPB.

Kepala BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa, Rabu (4/4), mengatakan banjir lahar hujan  menerjang empat kecamatan di Karangasem masing-masing Kecamatan Rendang, Selat, Bebandem dan Kecamatan Kubu. Terjangan banjir lahar hujan itu telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur yang cukup parah. Titik kerusakan cukup vital, karena dari catatan BPBD, jalur-jalur tersebut merupakan jalur evakuasi.

Baca juga:  Pelaku Usaha Apresiasi Rencana Badung Beri Keringanan Pajak Hiburan

“Kami menyebutnya jalur evakuasi, karena lokasinya berada di KRB (Kawasan Rawan Bencana),” kata Arimbawa.

Pengajuan perbaikannya ke BNPB, kata Arimbawa, dilakukan langsung Bupati Karangasem, I Gusti Ayu Mas Sumatri. Jika nantinya pusat menyetujui dan mencairkan dana tersebut, maka dana itu akan digunakan pihaknya untuk melakukan perbaikan di lokasi. Yakni berupa pembangunan jembatan dan jalan di lokasi jalur evakuasi yang putus itu. Selain itu DSP itu juga akan dipergunakan untuk melakukan kegiatan normalisasi sungai-sungai yang merupakan jalur aliran lahar hujan.

Baca juga:  Disebabkan Dua Faktor Ini, Pengerjaan 1.000 Tangga Bahagia yang Hampir Rampung Berhenti Sementara

Beberapa yang mendesak, agar segera diperbaiki, di antaranya akses jalan yang putus di Kecamatan Kubu, di wilayah Temukus Kecamatan Rendang, dan beberapa akses jalan putus di wilayah kecamatan Bebandem dan Selat. Di Kecamatan Bebandem, kerusakan terjadi salah satunya, akses jalan satu-satunya  menuju Banjar Galih, Desa Jungutan.

Ada sebanyak 120 Kepala Keluarga (KK) di banjar ini yang akhirnya terisolir, khususnya saat terjadi terjangan banjir besar atau air bah pada saat hujan lebat di hulu sungai di lereng Gunung Agung. “Kalau sudah hujan, tak ada yang berani menerobos, sangat berbahaya,” kata salah satu warga Banjar Galih, Wayan Simpen.

Baca juga:  Siswa SMA Ngaku Produksi Sendiri Tembakau Gorilla

Demikian juga akses jalan di Desa Adat Temukus, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, yang kini juga terputus. Warga jadi kesulitan untuk sekadar pulang menengok rumah. Demikian juga bagi pamedek yang hendak tangkil ke Pura Tunggul Besi, juga tidak bisa lewat, karena jalannya terputus. (bagiarta/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *