AMLAPURA, BALIPOST.com – Umat Hindu ngaturang bakti di Pura Penataran Agung Besakih, Rendang, Karangasem pada Puncak Karya Ida Bhatara Turun Kabeh (IBTK) yang jatuh pada Purnama Kedasa, Sabtu (31/3). Puncak karya dipuput 32 sulinggih.

Dalam upacara tersebut hadir Gubernur Bali I Made Mangku Pastika, sejumlah OPD di lingkungan Pemkab Karangaem dan OPD Provinsi Bali.

Bendesa adat Besakih yang juga selaku Panitia Karya IBTK, Jro Mangku Widiartha mengatakan, pelaksanaan karya IBTK tahun ini sama seperti karya sebelumnya tidak ada perbedaan. Kata Widiarta, sebelum puncak karya Desa Pakraman Besakih telah melakukan upacara khusus serangkaian karya IBTK ini.  “Upacara puncak Karya IBTK dipuput  32 sulinggih. Untuk puncak  karya di Pura Penataran Agung dipuput sebanyak 11 sulinggih. Sementara sulinggih yang lainnya muput bhakti pekideh di 25 komplek pura yang ada di Pura Agung Besakih,” ucapnya.

Baca juga:  Soal Rencana Buka Pariwisata Internasional, Ini Kata Ketua Harian Satgas COVID-19 Bali

Jro Widiartha menambahkan, makna dari karya IBTK adalah merupakan kuncupnya dala yang artinya berkumpulnya ida bharata di luar catur lawa dipesamuhan Agung Besakih. “Maknanya kuncup ini adalah sebagai ungkapan puji syukur kepada beliau atas keberlimpahan yang diberikan selama ini. Selain itu juga meminta supaya jagat Bali beserta isinya diberikan kerahayuan,” katanya Jro Widiartha.

Berkaitan dengan status Gunung Agung yang saat ini masih level III (Siaga), Jro Widiarta menjelaskan, pihaknya berharap semua umat Hindu bisa meluangkan waktu untuk ngaturang bhakti ke Pura Agung Besakih untuk memohon kepada Ida Bharata yang beristana di Gunung Agung supaya memberikan anugerahnya untuk seluruh umat Hindu maupun alam semesta agar tetap ajeg dan lestari. “Kami mempunyai keyakinan semakin banyak umat hindu yang ngrastiti bhakti, maka beliau yang beristana di giri tohlangkir tentu akan memberikan sesuatu yang terbaik buat umatnya,” paparnya.

Baca juga:  Kembali Bertambah, Ini 4 Daerah Laporkan Warga Meninggal Akibat COVID-19

Dia menambahkan, sarana upakara pada puncak karya untuk di Padma Tiga menggunakan catur niri munggah Pebangkit, Pule Kerti, suci dan uperengga upakara pejangkep seosan. Untuk di sor sanggar tawang juga dilengkapi sarana upakara dangsil sebanyak 6 buah bertumpang 1,3,5,7,9 dan 11, serta kelengkapan sarad ulam dan sarad sanganan, bagya pule kerti dan pulegembal.  “Prosesi upakara juga diiringi pementasan Wayang Gedogan,Topeng dari Tengkulak Gianyar, Baris Gede, Rejang Dewa dari Besakih kangin serta tetabuhan Gong Gede, Gong dan Gambang,” terangnya. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Jadikan Desa Adat Mandiri dan Berkepribadian
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *