pasar
Salah seorang pedagang di Pasar Kidul saat sedang menata buah dagangannya. (BP/ina)

DENPASAR, BALIPOST.com – Masyarakat Bali perlu digugah agar semakin mencintai produk-produk lokal, termasuk buah. Terlebih, Pulau Dewata yang didominasi umat Hindu kerap melaksanakan upacara agama dengan buah sebagai salah satu sarana utama.

Buah-buahan lokal harus tetap menjadi tuan rumah di tengah serbuan buah-buahan impor. “Kita kan sudah memiliki Perda tentang Buah Lokal, sekarang tinggal mendorong, karena perdagangan saya kira erat kaitannya dengan persoalan untuk lebih militansi-lah masyarakat itu untuk mau mencintai produk lokal,” ujar Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali, I Putu Astawa.

Baca juga:  Galungan, Umat Hindu Mulai Beralih Gunakan Buah Lokal

Menurut Astawa, desa pakraman memiliki peran penting untuk membentuk militansi itu. Dimulai dengan mengurangi penggunaan buah impor, dan mau memakai buah lokal seperti manggis, rambutan, salak, dan lainnya.

Kecintaan terhadap produk-produk yang dihasilkan petani lokal itu juga akan membuat Bali semakin mandiri kedepannya. “Masyarakat harus terus diedukasi agar mengurangi buah impor. Apalagi kemarin ada buah impor yang disinyalir mengandung bakteri, kita harus hati-hati. Lebih baik kita mau menggunakan dan mencintai produk buah-buahan kita,” jelas mantan Kepala Bappeda Litbang ini.

Baca juga:  Sesolahan Sandhya Githa Nawa Ruci Buka Bulan Bahasa Bali V

Di sisi lain, Astawa melihat potensi buah lokal Bali juga cukup besar untuk menjadi komoditas ekspor. Seperti misalnya manggis dari Pupuan, Tabanan sudah mulai diekspor ke Cina.

Pihaknya bahkan sampai mendatangi karantina, yang menerbitkan sertifikat phytosanitary. Meskipun, tidak semua negara tujuan ekspor mensyaratkan perlu adanya sertifikat itu.

“Artinya menjamin bahwa produk yang kita ekspor itu bebas dari kutu putih dan semut hitam. Saya datang langsung ke Karantina dua hari yang lalu untuk berkoordinasi supaya jangan sampai ada hambatan bagi eksportir-eksportir kita. Apalagi itu semeton Bali pelakunya,” tandasnya. (Rindra Devita/balipost)

Baca juga:  Gunakan Buah Lokal untuk Yadnya, Desa Adat Didorong Buat "Perarem"
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *