Usaha cuci mobil milik I Kadek Nuada mulai dibuka pascapenurunan status Gunung Agung. (BP/nan)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Roda perekonomian di Karangasem mulai berjalan. Kondisi ini terjadi pascapenurunan status Gunung Agung dari Awas ke Siaga pada 29 Oktober.

Salah satu usaha yang mulai buka setelah adanya pengurangan zona rawan bencana dari 12 menjadi 6 kilometer adalah usaha cuci mobil yang digeluti pasangan suami istri (pasutri) I Kadek Nuada dan Ni Kadek Sumiati. Warga asal tempek Gumawang Banjar Batusesa, Desa Menanga ini, kembali bisa membuka usahanya setelah selama Gunung Agung awas ditutup.

Baca juga:  Peduli Pandemi COVID-19, Pramusti Bali Ngamen Online

“Saya sangat bersyukur sekali status Gunung Agung diturunkan. Karena dengan diturunkannnya status ini, rumah saya kini kembali berada di zona aman. Dan usaha yang saya geluti mulai kembali dibuka pada Selasa lalu (31/10, red). Dengan kembali dibukanya usaha ini, membuat perekonomian bisa kembali jalan,” ungkap I Wayan Nuada.

Nuada mengatakan semenjak usahanya dibuka, mulai banyak warga yang datang untuk mencuci sepeda motor. Selain memiliki usaha cuci motor dan mobil, ia juga menyewakan meja biliar dan laundry.

Baca juga:  Wabah Corona, Presiden Instruksikan Antisipasi dan Tingkatkan Kesiagaan

Sementara untuk ternak, ia mengaku beberapa ekor sapi yang dimilikinya sudah dijual saat Gunung Agung berstatus awas. Hasil penjualan sapi-sapinya itu dipakai sebagai bekal untuk mengungsi. “Saya berharap status Gunung Agung tidak naik lagi. Agar sumber penghasilan untuk biaya hidup tidak terputus,” harapnya.

Sementara itu, I Nyoman Putu Ada alias Koming, warga Banjar Kesimpar, Desa Besakih, mengaku memelihara ayam petelur untuk menopang perekonomian keluarga. Kata dia, sebelumnya dirinya memelihara 5.500 ekor ayam petelur, namun saat status gunung Agung naik ke level awas, ia menjual ayamnya dengan harga murah.

Baca juga:  Pascadua Kali Erupsi, Status Gunung Agung Tetap Level III

Sisanya sebanyak 3.500 ekor masih dipeliharanya. “Setelah status Gunung Agung turun, pada 31 Oktober istri dan anak-anak memberanikan untuk pulang untuk memberikan pakan. Setelah memberikan pakan mereka kembali ke pengungsian di UPTD Pertanian Rendang,” jelas Putu Ada. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *