status
Aktivitas normal. (BP/dok)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Gempa bumi yang diikuti eksodus warga di beberapa desa untuk mengungsi, membuat warga lainnya juga mulai berpikir untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sebab, intensitas gempa terus meningkat membuat warga mulai berpikir kemungkinan terburuk akan terjadinya erupsi Gunung Agung.

Meski mulai memilih opsi mengungsi, warga lainnya masih bimbang dengan keamanan di dalam rumah. Ditakutkan, momentum rumah yang kosong ditinggal mengungsi, dimanfaatkan maling untuk beraksi.

Keresahan ini mengemuka saat para bendesa adat dan perbekel se-Karangasem dikumpulkan di Gedung UKM Center Amlapura, Selasa (19/9). Selain sosialisasi soal perda, momen itu juga dimanfaatkan untuk meningkatkan kewaspadaan di masing-masing wilayah, menyusul warga semakin resah setelah Gunung Agung Siaga.

Keresahan itu disampaikan langsung tokoh masyarakat Kecamatan Selat, Komang Sujana, kepada Bupati Karangasem, beserta jajaran pimpinan lembaga daerah yang tergabung dalam Forkopinda Karangasem. Sujana yang juga Ketua MADP (Majelis Alit Desa Pakraman) Kecamatan Selat ini, mengatakan sudah menggelar beberapa kali rapat bersama tokoh masyarakat Selat untuk menindaklanjuti instruksi bupati, melakukan doa bersama dan ngaturang pejati di masing-masing rumah.

Baca juga:  Mulai Bangkit Lagi, Usaha Kecil di Karangasem

Tetapi, yang masih membuatnya belum siap menghadapi kemungkinan terburuk, adalah mengenai warga saat mengungsi ini. Seperti contoh, yang terjadi saat Senin (18/9) malam, saat warga di beberapa desa memutuskan segera mengungsi setelah terjadi gempa dan turunnya abu, rumah mereka tentu dalam keadaan kosong. “Ini yang masih kami bingung, kalau mengungsi, keamanan rumah penduduk kami bagaimana?. Seperti kemarin, semuanya tiba-tiba ngungsi, rumah mereka tentu kosong. Takutnya, maling memanfaatkan situasi ini,” katanya.

Tidak hanya soal keamanan rumah, warga juga risau dengan nasib ternak-ternak mereka. Berkaca dari peristiwa Senin malam, banyak warga yang memutuskan tidak mengungsi karena khawatir ternaknya hilang.

Namun sebaliknya, ada pula yang memilih mengungsi ke tempat yang aman sambil membawa hewan ternaknya, seperti sapi ke lokasi pengungsian di Lapangan Rendang. “Banyak warga yang mengungsi sambil membawa hewan ternaknya malam itu. Takut sapinya hilang katanya. Sebagian besar warga dari Banjar Lebih, Desa Sebudi. Saat ini mereka sudah balik ke rumah masing-masing sejak pukul 05.00 wita tadi,” kata salah satu warga di lokasi pengungsian Agung Aditya, Selasa (18/9) pagi.

Baca juga:  Ratusan Pengungsi Gunung Agung di Klungkung Pulang

Tokoh masyarakat di Kecamatan Rendang, Eka Mulyawan, Selasa (19/9), mengatakan memang banyak peternak khususnya peternak ayam yang resah. Para peternak itu katanya bingung bagaimana nasih ternak mereka, jika nanti harus mengungsi atau keadaan paling buruk ketika terjadi erupsi.

Kalau terjadi erupsi, tentu para peternak akan mengalami kerugian besar, seperti peternak di Banjar Sukan Desa Menanga, kalau erupsi mereka masih akan terdampak. Belajar dari kasus erupsi di Sinabung, menurutnya, peternak yang merugi akibat erupsi mendapat ganti rugi pemerintah. Apakah ini akan diterapkan juga di Karangasem bila terjadi erupsi, dia mengaku kurang tahu. “Mereka para peternak bingung, saya dimintai tolong mencarikan solusi. Bagaimana nanti menangani masalah ini? Mohon dampak ini juga jadi perhatian pemerintah daerah,” katanya.

Baca juga:  Pascapengungsi Pulang, Penjualan Hasil Bumi di Pasar Galiran Masih Stagnan

Menanggapi kekhawatiran keamanan rumah, kalau seandainya nanti ditinggal mengungsi, Kapolres Karangasem AKBP I Gede Ardana, mengatakan akan mengintensifkan patroli. Patroli akan dilakukan lebih sering ke desa-desa yang ditinggalkan warga, jika memang nanti warga harus mengungsi ke tenda-tenda pengungsian.

Seluruh personil akan dikerahkan untuk mengantisipasi itu, untuk menepis kekhawatiran warga yang akan mengungsi. “Sesuai arahan Gubernur Bali, nanti kalau memang harus mengungsi, kita akan patroli di kampung-kampung yang ditinggalkan,” katanya.

Sementara itu, mengenai hewan ternak dan nasib para peternaknya, hingga kini belum ada opsi yang akan ditempuh pemerintah daerah. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *