penglipuran
Desa adat Penglipuran, salah satu DTW di Bangli yang masih melestarikan bentuk bangunan stil Bali. (BP/dok)
BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Penglipuran memberikan subsidi untuk tiga bangunan milik warga sekitar agar tetap menggunakan atap sirap bambu. Langkah itu dilakukan sebagai upaya untuk tetap menjaga kelestarian adat budaya kaitannya dengan keberadaan rumah tradisional.

Menruut Bendesa Adat Penglipuran I Wayan Supat, Minggu (3/9), berdasarkan kesepakan hasil paruman yang dilakukan sebelumnya menghasilkan keputusan yakni  memberikan subsidi bagi warga yang tinggal di karang kitri.

Kata dia, bangunan yang diberikan subsidi khusus untuk pembuatan atap berbahan sirap bambu (genteng bambu)  bagi bangunan angkul- angkul (pintu gerbang), dapur dan  bale sake enam. Warga pengarep yang tinggal dikarang kitri sebanyak 76 kepala keluarga semuanya mendapatkan subsidi. Itu untuk menghindarkan kecembuaran antarwarga.

Baca juga:  Gubernur Koster Bersama Ribuan Generasi Milenial Jalan Santai

“Ada beberapa warga memang sudah melakukan renovasi bangunannya dan ada juga yang belum. Untuk perbaikannya mengunakan skala prioritas. Artinya jika dilihat atap banguan sudah rusak dan membahayakan bisa langsung dilakukan perbaikan. Jadi tiga bangunan yang di subsidi memang diwajibkan atapnya menggunakan sirap bambu,” ungkap Supat.

Supat mengatakan, subsidi yang diberikan untuk menjaga kelestarian  adat budaya  kaitanya dengan keberadaan rumah tradisional. Sebab, ada beberapa bangunan angkul-angkul, bale saka enam, dan dapur warga yang menggunakan sirap bambu mulai rusak. “Atap bangunan rusak akibat termakan usia,” kata Supat.

Baca juga:  Rayakan 2 Tahun Merger, Pelindo Donor Darah di 35 Pelabuhan

Sementara itu warga setempat I Wayan Arcana mengungkapkan, memang sudah ada sebagian warga yang merenovasi bangunannya. Namun, ada juga beberapa warga yang belum merenovasi bangunnna yang disubsidi.“Warga lebih dulu merenovasi bangunan mereka. Setelah itu baru akan diberikan subsidi Rp 5 juta. Kalau belum direnovasi tidak diberikan. Karena jika uangnya diberikan lebih awal bisa-bisa habis untuk kegiatan lain,” katanya.

Dia mengatakan untuk bangunan miliknya sampai saat ini belum dilakukan renovasi. Sebab, kondisi bangunanan miliknya atapnya belum terlalu rusak parah. Disamaing itu, kondisi sekarang lebih disenangi oleh pengunjung. Mengingat kesan tradisionalnnya masih terlihat. “Rusak sih sudah tapi belum parah sekali. Kalau di renovasi kesan tradisionalnya bisa berkurang karena baru. Kalau sekarang kan masih alami,” jelas Arcana. (eka prananda/balipost)

Baca juga:  Desa Adat Penglipuran Jaga Kelestarian Hutan Bambu
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *