Jatiluwih
Suasana di Jatiluwih. (BP/dok)
TABANAN, BALIPOST.com – Setiap tahunnya, penyusutan luas lahan pertanian terjadi di Tabanan. Tidak hanya beralih fungsi ke bangunan, luas lahan pertaniannya juga beralih fungsi ke perkebunan atau tegalan. Ada juga yang tidak difungsikan atau ditanami petani.

Meski terjadi pengurangan lahan pertanian sawah, Tabanan tetap surplus beras. Pada 2015 mencapai 48.451 ton. Di 2016, jumlah ini meningkat menjadi 76.991 ton.

Berdasarkan data, luas lahan pertanian sawah tahun 2015 adalah 21.714 hektar dan pada 2016 menjadi 21.642 hektar atau menyusut 72 hektar. Untuk penggunaan lahan di Tabanan tahun 2016 dibagi atas beberapa tipe yaitu luas pertanian yang terdiri dari luas lahan pertanian sawah 21.642 hektar dan luas lahan pertanian bukan sawah seluas 48.693 hektar.

Baca juga:  Inflasi Tinggi, Ekonomi Global Dekati Resesi

Untuk luas lahan pertanian bukan sawah ini terdiri dari tegal atau kebun seluas 16.089 hektar, ladang seluas 4.900 hektar, perkebunan seluas 18.402 hektar, hutan rakyat seluas 1.548 hektar, dan hutan negara seluas 5.808 hektar. Lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 14 hektar dan lahan lain-lain seperti tambak, kolam dan empang seluas 1.932 hektar. Untuk lahan bukan pertanian terdiri dari jalan, permukiman, perkantoran dan sungai seluas 13.598 hektar.

Kepala Dinas Pertanian Tabanan, Nyoman Budana, Senin (5/6), mengatakan penyusutan lahan sawah yang terjadi tidak semuanya beralih fungsi ke bangunan. Ada yang menjadi lahan pertanian bukan sawah seperti ladang atau kebun. Meski terjadi penyusutan lahan sawah, diakuinya terjadi surplus beras setiap tahunnya. Bahkan surplus beras terjadi cukup signifikan peningkatannya di tahun 2016 dibandingkan tahun 2015.

Baca juga:  Peta Risiko COVID-19 Bali Memburuk, Dua Kabupaten Balik ke Zona Merah

Peningkatan cukup signfikan ini salah satu penyebabnya adalah musim yang lebih mendukung di 2016 dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2015, petani kebanyakan menanam padi dua kali dalam setahun dan banyak lahan yang tidak diolah terutama daerah yang lebih banyak tipe sawah tadah hujan karena musim kemarau yang panjang di tahun tersebut. “Untuk tahun 2016 karena musim lebih mendukung, petani ada yang menanam padi hingga tiga kali dalam satu tahun dan lahan yang tidak ditanami lebih sedikit jumlahnya dibandingkan tahun 2015,” jelasnya.

Baca juga:  Kemenhub Keluarkan SE Atur Operasional Penerbangan Bandara Ngurah Rai

Untuk tahun 2016 dari toal 21.642 luas pertanian sawah, yang ditanam padi satu kali seluas 1.962 hektar, yang ditanam dua kali seluas 13.931 hektar dan yang ditanam hingga tiga kali seluas 5.415 hektar. Ada juga luas lahan sawah yang tidak ditanami padi atau ditanam jenis tanaman lain seluas 321 hektar dan tidak ditanami seluas 13 hektar. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *